Konstruksi Bangunan di Indonesia Harus Tahan Gempa

Konstruksi Bangunan di Indonesia Harus Tahan Gempa
Agus saat menjelaskan konstruksi tahan gempa di Surabaya. FOTO : JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Letak Indonesia yang berada di lintasan lempeng Asia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia membuat negeri ini rentan terhadap gempa. Karena itu diperlukan desain konstruksi bangunan yang tahan gempa. Sehingga, ketika terjadi bencana yang tidak diinginkan pun, korban dan kerugian lain bisa diminimalisir.

Hal itu disampaikan Agus B. Sutopo, Tim Ahli Pemasaran dari PT Katama, sebuah perusahaan pemegang paten perbaikan kontruksi Sarang Laba-Laba dalam diskusi Architectural Products Workshop di Hotel Novotel Surabaya kemarin (15/8). ”Sudah saatnya kita menyajikan karya desain yang memiliki kedalaman arti kemanusiaan dan pemikiran. Karena yang ada saat ini, banyak konstuksi gedung yang kurang peduli aturan gempa dalam desain bangunan. Imbasnya, ketika mendapat goncangan sedikit, bangunan itu langsung ambruk,” katanya.

Menurut klaim Agus, salah satu konstruksi yang cocok untuk menahan gempa adalah konstruksi Sarang Laba-Laba yang salah satu penemunya adalah almarhum Ir Sutjipto, mantan Wakil Ketua MPR RI. Konstruksi karya anak bangsa itu terus dikembangkan dan digunakan dari Sabang sampai Merauke. Serta telah teruji gempa di beberapa daerah mulai Aceh, Padang, Bengkulu, sampai Papua.

Bahkan, konstruksi ini dijadikan bahan disertasi di Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Perancis. “Kami bersyukur dengan upaya antisipatif pemerintah dalam menghadapi gempa serta kepedulian pihak-pihak terkait, sehingga konstruksi ini makin dipercaya,” ujar Agus.

Banyak kelebihan yang diklaim dalam konstruksi itu. Di antaranya pelaksanaan kerja lebih cepat dan memiliki tingkat efisiensi di angka 5 – 30 persen, serta proses pembangunan yang tidak mengganggu lingkungan sekitar karena tidak bergantung pada alat berat.

Agus lantas mencontohkan, dalam gempa di NTB yang berlangsung belum lama ini, bangunan karya mereka tetap berdiri. ”Sehingga nilai positifnya, gedung itu bisa digunakan untuk dapur umum dan misi kemanusiaan lain,” kata dia.

Desain konstruksi sarang laba-laba tepat untuk bangunan-bangunan dengan ketinggian delapan lantai ke bawah, Apron, Exit Taxiway, Jalan, dan Pergudangan. Pembuatan konstruksi itu berbentuk rib atau rusuk, setelah itu di isi menggunakan tanah dan dipadatkan. Setelah pemadatan, ditutup beton bertulang. Dimana bentuk pembesian pada pertemuan plat dan kolom, seperti sarang laba-laba.

Konstruksi itu mulai mendapatkan tempat di masyarakat sejak akhir dekade 1990an. Untuk 2017, mereka mengerjakan lebih dari 100 bangunan di seluruh Indonesia. (JPNN/pda)


Bahkan, konstruksi ini dijadikan bahan disertasi di Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Perancis


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News