Korban Tewas Kerusuhan Wamena 22 Orang, Begini Respons Istana

Korban Tewas Kerusuhan Wamena 22 Orang, Begini Respons Istana
Kepala KSP Moeldoko bersama Gubernur Kaltara Irianto Lambrie bersama kontraktor pembangunan PLTA Sungai Kayan, sata konferensi pers di KSP, Kamis (15/8). Foto: M Fathra/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah mengungkapkan keprihatinan atas jatuhnya korban jiwa dalam unjuk rasa yang berujung ricuh di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9).

Sampai saat ini sudah ada 22 warga sipil tewas dalam peristiwa tersebut.

"Pemerintah dan pasti masyarakat sangat prihatin atas peristiwa ini. Sungguh kita tidak ingin ada prajurit, masyarakat sipil yang cukup banyak jumlahnya meninggal, ada polisi yang luka," kata Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko.

Ini disampaikan Moeldoko didampingi Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, usai menerima para ketua DPRD kabupaten/kota se Papua dan Papua Barat di KSP, Selasa (24/9).

"Kami sangat berharap bahwa semua persoalan nanti bisa diselesaikan, tetapi kami juga paham penyelesaian Papua menyeluruh, holistik, tidak bisa hanya pendekatan keamanan," jelas mantan Panglima TNI itu.

Moeldoko menyebutkan, pendekatan untuk menyelesaikan persoalan di Papua juga harus menyentuh sisi kebudayaan, ekonomi, kesejahteraan dan pendekatan lain yang lebih manusiawi dan bermartabat.

Disinggung tentang penarikan pasukan dari Bumi Cenderawasih sebagaimana permintaan sejumlah tokoh masyarakat Papua dan Papua Barat, Moeldoko menyatakan tuntutan itu perlu dikaji lebih dalam.

"Kami perlu pengkajian lebih dalam karena tugas negara melindungi segenap bangsa dan warganya. Di Papua itu yang ada di sana berbagai etnis, masyarakat pendatang, dan seterusnya. Semua itu membutuhkan kepastian keselamatan pengamanan," tegas Moeldoko.

Pemerintah mengungkapkan keprihatinan atas jatuhnya korban jiwa dalam unjuk rasa yang berujung ricuh di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News