Kota Imigran

'Selalu merasa seperti rumah'
Seperti sejumlah kawasan lainnya di Australia, Liverpool juga punya tantangan: tingkat kejahatan yang tinggi, kemacetan, serta pengangguran di kalangan anak mudanya.
Beberapa pihak tidak yakin jika daya tarik wilayah ini untuk migran akan semakin berkurang.
“Kita datang tanpa uang, tidak bisa bahasa Inggris, tapi kita dapat pekerjaan," ujar Seak.
"Namun saat ini dengan gelar pun, anak-anak muda pun masih kesulitan dapat pekerjaan."
Ia juga mengatakan meski bisnisnya tidak berjalan baik, karena dampak pandemi dan makin banyaknya orang berbelanja online, ia merasa dirinya beruntung.
“Australia hingga saat ini sangat baik kepada kami, tak ada kata yang bisa menjelaskannya," ujarnya.
“Pemerintah membawa kami ke sini dan menyediakan semuanya, kita mengapresiasi apa yang sudah dilakukan."
Sementara bagi Zinah, tempat ini menjadi permulaan babak baru kehidupannya.
Dengan lebih dari 120 suku dan 140 bahasa yang dipakai, kawasan di Australia ini menjadi saksi bagaimana para pendatang berjuang dan berharap untuk mencapai mimpi mereka
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Menteri Karding Siapkan Strategi soal Lonjakan Pekerja Migran Ilegal ke Myanmar-Kamboja