Kualanamu Diprediksi Jadi Penopang Ekonomi Andalas

Kualanamu Diprediksi Jadi Penopang Ekonomi Andalas
Situasi di Bandara Kualanamu, Jumat (31/5). Foto: Antara Sumut/Munawar

jpnn.com, MEDAN - Pengembangan Bandara Kualanamu oleh PT Angkasa Pura II dengan GMR Airports, perusahaan operator bandara yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Aeroports De Paris (ADP), bakal mendorong Sumatra Utara menjadi mesin utama penggerak ekonomi di Pulau Andalas.

Kemitraan strategis ini akan menjadikan bandara Kualanamu sebagai hub di Asia Tenggara yang mengcover Asia Selatan dan Kawasan Indo-China, sehingga berdampak positif terhadap ekonomi masyarakat dari sisi peningkatan lapangan kerja di Sumatera Utara.

Sebab untuk menjadi bandara hub diperlukan fasilitas-fasilitas pendukung seperti MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul), peningkatan aktivitas ground handling, kargo, lounge, commercial area, dll.

Letak Bandara Kualanamu yang cukup dekat dengan Medan, juga menjadi daya tarik bagi para pelancong dan calon investor untuk mengembangkan pusat ekonomi di kawasan tersebut.

Hal ini dapat menjadikan Medan sebagai kota berkelas internasional yang mampu bersaing dengan Kuala Lumpur dan Singapura.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU), Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec mengatakan, kemitraan ini memiliki efek berganda yang besar sehingga berpotensi menaikkan mengangkat ekonomi daerah.

"Dampaknya akan positif bagi ekonomi Sumatra Utara, terutama pariwisata. Dibandingkan dengan Singapura misalnya, yang berkelas internasional, maka potensi yang kita miliki itu besar. Dengan kerja sama ini maka Sumatera Utara terekspos ke luar negeri sehingga akan banyak datang wisatawan asing yang akan datang. Dan itu kan yang kita harapkan," kata dia, Senin (13/12).

Menurutnya, Sumatera Utara jika dikelola dengan sangat baik pasti akan menjadi salah satu daerah yang maju, apalagi sudah ada fasilitas yang diberikan negara seperti pembangunan infrastruktur.

Angkasa Pura Aviasi akan mengoperasikan Bandara Kualanamu dengan pola kemitraan strategis selama 25 tahun senilai USD 6 Miliar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News