Kurs Rupiah di Titik Terendah, Apa Pemicunya?

Kurs Rupiah di Titik Terendah, Apa Pemicunya?
Uang Rupiah. Foto: JPNN

Berkaitan dengan itu, dewan akan mendorong Pertamina agar lebih efisien lagi. Tidak melalui mekanisme APBN.

"Kalau dari situ sudah maksimal, maka pemerintah bisa mengambil sikap. Karena pola subsidi BBM bukan lagi ke harga tapi ke targeted subsidy orang per orang," imbuh dia.

Begitupula dengan harga listrik. Karena harga listrik juga dipengaruhi harga energi primer dan kurs. Meskipun sebagian besar pembangkit listrik kini menggunakan dari batu bara. "Harga batubara kan naik sekarang hampir 100 usd per ton," ungkap dia.

Pakar ekonomi Fahmy Radhi mengungkapkan harga minyak dunia yang terus naik berdampak langsung pada harga BBM di Indonesia. Karena sebagian besar BBM berasal dari impor.

Kondisi itu sekaligus berdampak pada pelemahan rupiah. Lantaran kondisi ekspor Indonesia juga masih belum terlalu memadai.

"Karena tinggi rendahnya rupiah itu sangat tergantung ekspor impor. Disatu sisi ekspor menurun. Sementara impor naik,” ungkap dia pada Jawa Pos, kemarin (1/3).

Dia memprediksi rupiah bisa melemah hingg Rp 14 ribu per satu USD. ”Kita memang masih hasilkan minyak tapi BBM kita diimpor. Sehingga butuh valuta asing untuk biayai impor itu,” tambah dia.

Akademisi dari Universitas Gadjah Mada itu mengungkapkan pemerintah harus segera merubah asusmi-asumsi dasar dalam APBN seperti harga minyak 48 USD per barel.

Kurs Rupiah terhadap USD berada di titik terendah yakni sempat diperdagangkan Rp 13.810.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News