Kursinya Digoyang, Fahri Hamzah Curhat Sambil Ngopi Bareng Wartawan

Kursinya Digoyang, Fahri Hamzah Curhat Sambil Ngopi Bareng Wartawan
Fahri Hamzah curhat ke wartawan di pressroom DPR, Senin (11/1) petang. Foto: Fathra N Islam/JPNN

jpnn.com - PEMBERITAAN di media tentang permintaan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memintanya mengundurkan diri sebagai Wakil Ketua DPR, membuat Fahri Hamzah terusik. Terlebih, ada elit PKS yang menyatakan dirinya sedang dievaluasi oleh lembaga partai.

Senin (11/1) petang, mantan Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKS era Presiden Anis Matta, langsung menyambangi wartawan di Pressroom gedung Nusantara III. Ngapain? Fahri curhat habis. Ia bercerita panjang lebar soal adanya upaya pihak-pihak menggoyang kursi pimpinan dewan yang kini didudukinya.

Namun, Fahri ingin sesi wawancara dengan wartawan di Senayan dilakukan dalam suasana santai, ditemani segelas kopi. Tapi jangan dibayangkan sekelas pimpinan dewan mendapat kopi spesial dengan gelas mengkilap. Sebab, kopi yang disajikan untuknya hanya disajikan dalam gelas bekas minuman plastik. 

"Santai saja, boleh sambil kopi kan. Pesan kopi dulu dong," celetuk Fahri, meminta disediakan kopi oleh pengurus pressroom.

Jadilah pressroom DPR yang dalam masa renovasi, disesaki para pewarta baik media elektronik, cetak maupun online. Fahri pun memulai cerita. "Saya ingin semacam klarifikasi, semacam bertanya kepada teman-teman, karena terus terang masalah ini saya tidak ngomong duluan. Ini harus clear dulu," kata Fahri.

Dia menyebutkan bahwa  masalah ini muncul setelah beberapa media memuat statemen sejumlah elit PKS, yang menyatakan kader meminta mundur dari pimpinan DPR, serta dirinya sedang dievaluasi oleh  Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPDO) DPP PKS. 

Fahri menilai pernyataan itu aneh, karena seharusnya prosedur evaluasi itu baku. Karena ia anggota fraksi di DPR maka fraksilah yang seharusnya melakukan evaluasi, bukan BPDO yang bukan alat untuk mengevaluasi pejabat publik. Fahri merasa da yang janggal karena peristiwanya runut. 

"Jadi kayak runut, dievaluasi lalu kemudian berikutnya mengatakan kader meminta saya mundur. Saya bingung, karena saya merasa tidak pernah ada masalah dengan kader," ujarnya.

Padahal, lanjut Fahri, dirinya selalu keliling Indonesia bertemu kader partai, tapi tiba-tiba setelah kembali ke Jakarta, ada kader yang memintanya mundur. Hal itu jadi pertanyaan tersendiri karena biasanya persoalan serupa ini dibahas di internal partai, bukan diumbar ke publik. 

Disebutkan bahwa yang memulai masalah ini menurutnya adalah petinggi partainya yang mengatakan dirinya bermasalah. Kemudian ada yang meminta diirnya tidak usah ribut-ribut di koran, cukup hadapi yang terjadi 

"Loh yang ribut siapa? Saya tidak pernah bicara sebelumnya," celetuknya.

Sambil ngopi, Fahri juga bercerita masalah kepemimpinan di partainya, hingga adanya pihak-pihak yang kini bergerilya, melakukan serangan terhadap dirinya. Padahal, ia terpilih sebagai wakil rakyat dari Dapil NTB dengan perolehan suara tertinggi di sana, tertinggi juga di partai. 

Sehingga, salah salah besar bila ada pihak yang menyebut dirinya bermasalah, tidak disukai kader. "Ini penyesatan. Saya ingin ini diklirkan," pungkasnya.(fat/jpnn)

 


PEMBERITAAN di media tentang permintaan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memintanya mengundurkan diri sebagai Wakil Ketua DPR, membuat


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News