Laba Garuda

Oleh Dahlan Iskan

Laba Garuda
Dahlan Iskan.

Mungkin juga karena Citilink punya konsultan yang hebat. Yang tahu cara menghitung pendapatan masa depan. Terutama pendapatan dari sektor Wi-Fi. Mungkin saja mereka punya data penggunaan Wi-Fi di dalam pesawat di negara lain.

Atau ada jenis kontrak yang lebih istimewa. Yang lebih pasti. Bagi Citilink. Misalnya: kontrak dengan sistem take or pay.

Perusahaan swasta itu diwajibkan membayar Rp 2 triliun. Selama 10 tahun. Tidak peduli berapa pun yang menggunakan Wi-Fi.

Risiko ada di pihak swasta itu. Kalau rugi. Durian runtuh juga milik swasta itu. Kalau untung.

Belum sampai selesai membuat perkiraan, saya keburu membaca berita baru: kerja sama itu dibatalkan. Ya, sudah.

Tetap saja saya mengakui. Ahli keuangan itu hebat. Bisa membuat perusahaan rugi menjadi kelihatan laba. Ia yang mencarikan jalannya. Caranya. Taktiknya. Ialah yang mencarikan bedak dan gincunya. 

Bagi seorang yang punya 'sikap keuangan' tidak akan mau melakukan itu. Ia justru akan mengingatkan atasannya. Mengenai resiko bagi perusahaan. Kalau hal seperti itu dilakukan.

Ada beberapa motif yang biasanya melatarbelakangi.

Kita harus mengakui direktur keuangan Garuda itu sangat pintar. Sangat ahli keuangan: bagaimana bisa membuat Garuda terlihat laba Rp 70 miliar. Padahal rugi Rp 2,4 triliun. Sungguh pintar sekali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News