Lalu Muhammad Zohri Pemalas, Berubah begitu Ibunya Meninggal

Lalu Muhammad Zohri Pemalas, Berubah begitu Ibunya Meninggal
Lalu Muhammad Zohri, sprinter asal NTB. Foto: Chandra Satwika/Jawa Pos

Dia mendengar kabar, kalau Zohri meraih juara satu di kejuaraan itu. Lalu, dia diminta untuk masuk ke Pemusatan dan Latihan Pelajar (PPLP) NTB.

Tapi, ayahnya sempat menolak. Karena, tidak ada yang menemaninya di rumah. ”Kalau menjadi atlet PPLP itu kan harus diam di asrama. Nah,ayah saya tidak setuju,” ujarnya.

Lagi-lagi, guru olahraganya Rosida datang ke rumah. Dia meyakinkan ayahnya supaya Zohri diizinkan ke PPLP. ”Saya tidak tahu bahasanya ibu Rosida sehingga ayah saya melunak dan mengizinkan Zohri ke PPLP,” ceritanya.

Zohri pun masuk PPLP pada pertengahan 2016. Dia mendengar, kalau Zohri mendapatkan medali perak di kejuaraan nasional atletik antar PPLP. ”Saya dan ayah, bangga sekali mendengarnya,” ujarnya.

Pada akhir 2016, ayahnya yang terkena sakit sesak meninggal. Dia dan Zohri merasa terpukul melihat ayahnya yang terbaring di dipan yang lusuh itu. ”Saya ingat di dipan ini ayahnya saya meninggal. Disini kedua orang tua saya menghabiskan waktunya bersama,” kata Fadilah dengan perasaan sedih sambil mengusapkan air mata.

Meskipun sederhana, namun rumah reot ini sangat bersejarah bagi Zohri. ”Dari sini Zohri dibesarkan dan kini bisa menjadi juara dunia. Itu sangat membanggakan,” Ingat Fadilah yang terus menangis.

”Saat ini, ayah dan ibu pasti tersenyum melihat anaknya yang sudah menjadi juara dunia,” kata dia dengan terbata-bata.

Semenjak kematian ayahnya, karir Zohri terus melesat di dunia atletik. Di tiap kejuaraan nasional (kejurnas) atletik tingkat pelajar Zohri selalu menyumbangkan emas untuk NTB.

Lalu Muhamamd Zohri dulu malas sekolah, lantas gurunya datang ke rumahnya, menemuinya di kamar berdinding anyaman bambu itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News