Langit Nusantara

Oleh: Dahlan Iskan

Langit Nusantara
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Maka juru ramal pun mulai mengutak-atik nasib masa depan Nusantara. "Kenapa pilih nama empat suku kata ya?" ujar seorang peramal. Ia bersandar pada kepercayaan Tionghoa. "Empat itu kan lambang kematian," tambahnya.

Baca Juga:

Ia lebih berharap nama ibu kota baru itu ''Jokowi''. Tiga suku kata. "Tiga itu lambang kehidupan," katanya.

"Lho nama ibu kota baru Malaysia kan juga empat suku kata. Pu-tra-ja-ya," kata saya.

"Makanya, Malaysia juga tidak maju. Malah mundur," jawabnya.

"Nama jelek kan bisa dibuat baik dengan cara dibuang sialnya," sergah saya.

"Iya, sih," jawabnya pasrah.

Media di Tiongkok sudah sepakat bagaimana cara menulis Nusantara dalam huruf Mandarin. Pasti bunyi tulisan itu nu-san-ta-la. Tapi pakai huruf Mandarin yang mana ketika menuliskan nu-san-ta-la. Begitu banyak huruf Mandarin yang bunyinya itu.

Ternyata media di Tiongkok menuliskannya begini: ????.

Nama Presiden Jokowi akan abadi di situ: sebagai pemindah ibu kota negara sekaligus pemberi nama kota baru itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News