Lebaran Lutut

Oleh: Dahlan Iskan

Lebaran Lutut
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya salut kepadanya. Ia bisa menjaga istri sampai melewati masa Covid. Tetapi ia masih terus ekstra hati-hati. Rasanya ia juga merasa bersalah pada istri.

Dorothy, istrinya, terlalu lama ditinggal keliling dunia. Sejak sebelum kenal saya. Lalu berbulan-bulan menemani saya. Ke Eropa. Ke Amerika. Terutama ke Tiongkok. Yakni di masa-masa kritis saya. Sampai mengurus transplantasi hati saya.

Maka saya pilih ingat masa-masa menjadi wartawan: lebih senang sendirian meliput peristiwa besar daripada bergerombol dengan wartawan lain.

Tidur di terminal bus, di stasiun kereta api, di musala, di gardu jaga, sangatlah sudah biasa.

Kesendirian itu pula yang mewarnai sikap hidup saya selanjutnya. Punya teman adalah baik, tidak punya teman tidak apa-apa.

Namun, setiap salah orang harus minta maaf. Saya pun minta maaf kepada para pembaca Disway. Termasuk sudah minta maaf pada Encik Syafiq Hakim, pembaca Disway di Malaysia.

Lewat email ke redaksi Disway, Encik Syafiq mengoreksi beberapa data di tulisan saya. Misalnya soal nama Azmi itu mestinya Nazmi.

Mungkin banyak juga pembaca Disway yang merasa bersalah kepada istri.

GARA-GARA pencapresan mendadak Ganjar Pranowo, naskah Lebaran Lutut ini baru bisa terbit hari ini, padahal ada lagi komentar pembaca yang ingin saya komentari.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News