Ledakan Dahsyat di Lebanon dan Ketidakbecusan Pemerintah

Ledakan Dahsyat di Lebanon dan Ketidakbecusan Pemerintah
Suasana yang memperlihatkan lokasi pascaledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon, Rabu (5/8). Foto: ANTARA FOTO/Reuters- Aziz Taher/hp

Sejak saat itu, bea cukai dan lembaga keamanan terkait mengirim surat kepada hakim tiap enam bulan. Surat itu berisi permohonan agar pengadilan memerintahkan bahan berbahaya tersebut dipindahkan.

Pihak pengadilan dan bea cukai menolak menjawab pertanyaan terkait masalah itu.

Dalam penyelidikan pascaledakan, sejumlah pegawai bea cukai dan pelabuhan telah ditahan oleh aparat setempat.

Hakim pada Januari 2020 membuka penyelidikan setelah mengetahui Hangar 12, tempat penyimpanan amonium nitrat sitaan, tidak dijaga oleh aparat. Gudang itu juga memiliki lubang di dinding sebelah kanan dan salah satu pintunya rusak. Berbagai temuan itu menunjukkan bahan berbahaya tersebut rentan dicuri pihak tertentu.

Dalam laporan akhirnya, Jaksa Agung Oweidat segera memerintahkan pintu dan lubang dalam gudang diperbaiki, dan agar penjaga dikerahkan di tempat itu, kata seorang pejabat tinggi yang menolak disebut namanya.

Berdasarkan perintah itu, aparat keamanan memerintahkan otoritas pelabuhan untuk menempatkan sejumlah penjaga pada 4 Juni 2020. Ia meminta kepala bidang pergudangan untuk mengamankan seluruh pintu dan memperbaiki lubang pada dinding sebelah kanan, demikian keterangan beberapa sumber dan isi dokumen tersebut.

Otoritas pelabuhan tidak menanggapi pertanyaan terkait masalah tersebut.

"Perbaikan mulai dilakukan dan (otoritas pelabuhan) mengirim sejumlah pekerja asal Suriah (tetapi) tidak ada satu pun orang yang mengawasi saat mereka masuk untuk memperbaiki lubang," kata seorang aparat keamanan.

Menurut otoritas Lebanon, 163 orang tewas, 6.000 lainnya luka-luka, dan 6.000 bangunan hancur akibat ledakan di pelabuhan Beirut

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News