Liburan Wu-Yi
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Di putaran pertama mereka berhenti di setiap arah mata angin. Lalu menghadap ke pagoda. Menundukkan badan tiga kali. Lalu jalan lagi.
Di putaran kedua dan ketiga mereka hanya berhenti satu kali. Untuk membungkukkan badan. Yakni di bagian timur pagoda. Di arah matahari terbit.
Salah satu perbedaan dengan tawaf di Kakbah adalah arah putarnya: kebalikan arah jarum jam. Lalu jumlah putarannya: di Kakbah tujuh kali putaran. Di Long Hua tiga kali.
Di Hindu juga ada ritual "tawaf" seperti itu. Yakni di kota suci Varanasi, di pinggir sungai Gangga, di pedalaman India. Yang dikelilingi adalah pura. Sembilan putaran. Arah berputarnya sama dengan yang di Long Hua. Jumlah putarannya sembilan kali. Saya pernah ikut berputar di pura Hindu di Varanasi itu.
Di Shanghai, setelah "tawaf" itu mereka masuk ke gerbang besar. Gerbang dengan desain khas kelenteng. Yosua masih di dada. Mereka menuju kuil-kuil di dalam gerbang itu. Banyak sekali kuilnya. Vihara ini luas sekali: dua hektare.
Mereka mencari kuil masing-masing, yang di dalamnya ada altar dewa tertentu. Mereka mencari dewa masing-masing, sesuai dengan tujuan sembahyangnya hari itu. Ada dewa keselamatan, kesehatan, kerukunan keluarga, banyak rezeki dan seterusnya.
Di situlah yoshua yang dibawa "tawaf" mengelilingi pagoda itu dibakar. Ribuan orang bergantian membakar yoshua. Di banyak tempat. Sambil mereka terus mengucapkan doa.
Doa saya satu: agar Jannet dapat tiket kereta ke Rizhao.(*)
Meski sudah sering ke Tiongkok saya lupa bahwa ini menjelang libur panjang. Semua orang sibuk menyiapkan pulang kampung.
Redaktur : Tim Redaksi
Reporter : Tim Redaksi