Literasi Tiongkok Melesat, Indonesia Tertinggal Jauh

Literasi Tiongkok Melesat, Indonesia Tertinggal Jauh
Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando. Foto Humas Perpusnas RI

Perpusnas Indonesia saat ini menjadi perpustakaan terbaik ketiga di dunia pada top open access journal ilmiah dengan kurang lebih empat miliar artikel.

“Persaingan global dalam tatanan ekonomi dunia adalah siapa yang bisa menciptakan produksi untuk konsumsi massal. Saat ini semua dipaksa hidup dengan teknologi yang bergerak sangat cepat,” tuturnya.

Indonesia dengan 270 juta penduduk dan diprediksi 50 tahun ke depan penduduk Asia akan menjadi 5 miliar, Eropa 800 juta, Amerika Utara 1-1,2 miliar. Itu artinya benua Asia akan menjadi pusat baru kehidupan manusia.

Jantungnya, kata Syarif, adalah Indonesia yang bakal menjadi tema sentral literasi dalam menciptakan barang dan jasa bermutu.

Berdasar standar UNESCO setiap orang minimal membaca tiga buku baru setiap tahun.

Kalau penduduk Indonesia 270 juta, maka membutuhkan 810 juta buku beredar di masyarakat setiap tahun.

Namun total jumlah bahan bacaan hanya 22,3 juta eksemplar dengan rasio nasional 0,0098 atau tidak mencapai 1 persen.

Sementara Eropa bisa mencapai 15-20 buku per tahun, Amerika Utara bisa 25 buku setahun. 

Literasi Tiongkok yang melesat jauh menjadi penyebab negara itu memimpin ekonomi global, sedangkan Indonesia literasinya tertinggal jauh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News