Luar Biasa! Pianis Muda Indonesia Ini 3 Kali Mengguncang Carnegie Hall, New York

Rekor Pertama Dicatatkan Saat Masih 10 Tahun

Luar Biasa! Pianis Muda Indonesia Ini 3 Kali Mengguncang Carnegie Hall, New York
Pianis muda Indonesia Evelyn Zainal Abidin. FOTO: Ist for jpnn.com

Namun, di balik itu semua, putri pasangan Eva Tanudjaja dan Djainuddin itu memiliki sisi jenius dalam bidang musik.

Selain konser komposisi Rachmaninoff yang dimainkan di Sydney Opera House, Australia 2014 silam, sudah banyak konser maupun perlombaan yang diikuti oleh sulung dua bersaudara itu. 

Terbaru, Oktober lalu, dia tampil apik di salah satu gedung kesenian ternama dan berkelas di dunia musik, Carnegie Hall, New York.

Itu adalah penampilannya yang ketiga di gedung bersejarah dimana mendiang Rachmaninoff pernah menggelar konser tunggalnya pada tahun 1931. Kedatangan Evelyn Oktober silam bersama-sama dengan tim Indonesia Recital yang dikomandani tokoh musik klasik Indonesia, Jaya Suprana.  

Dalam konser terbarunya di sana, Evelyn membawakan dua komposisi. Kali ini bukan milik Rachmaninoff tetapi dari sang mentor sendiri, Jaya Suprana. Yakni Geguritan dan Aforisma. ”Bangga sekali ya bisa jadi salah satu orang Indonesia pertama yang perform tiga kali di gedung Carnegie Hall,” katanya.

Bagi pecinta film drama comedy itu, musik memang jalan hidupnya. Berkenalan dengan piano pada usia 4 tahun, rasa cintanya terus tumbuh hingga saat ini. Bahkan, kini namanya menjadi salah satu dari 13 nama yang lolos audisi dari seluruh Asia untuk menempuh pendidikan di sekolah musik ternama, Nanyang Fine Art Academy, Singapura.

Menariknya, semua prestasi itu diraih Evelyn dalam usia yang masih sangat belia. Bahkan, dari semua temannya di kampus, dia adalah yang paling muda. Kini kemampuan bermusiknya makin matang setelah mendapat polesan langsung dari salah satu guru musik piano terkenal di Asia, DR Nicholas Ong. 

“Beliau sudah mengganggap saya seperti anak sendiri. Jika teman lain hanya sesekali saja bisa bertemu dan latihan dengan beliau, saya bisa hampir setiap hari. Ini tentu sangat berpengaruh pada peningkatan kemampuan saya. Support beliau sangat luar biasa, bahkan untuk konser terakhir kemarin saya mendapat dukungan yang besar pula,” ujar alumnus Sekolah Ciputra Surabaya itu.
    
Salah satu bentuk support yang dia terima adalah absensinya yang tetap terisi kala harus mengisi konser di Amerika Serikat. ”Absensi kan menjadi hal yang utama di kampus tersebut. Absen 2 – 3 kali saja bisa mempengaruhi nilai. Nah, pas konser kemarin, syukur absensiku tetap ditulis hadir. Karena dinilai performance di Carnegie Hall itu juga membawa nama baik kampus,” jelasnya.
    
Meski sudah tiga kali tampil di Carnegie, juara pertama American Protégé itu tetaplah     dihinggapi rasa nervous. Namun, untungnya, dukungan sang mama yang selalu ada di sampingnya mampu sedikit menenangkan batin. ”Kalau nggak ada Mama, mungkin lain ceritanya,” katanya sambil melirik manja sang ibunda.
    
Konser di Carnegie Hall Oktober lalu dihadiri oleh beberapa tokoh. Di antaranya Dubes RI untuk AS, B. Bowoleksono, Dubes RI untuk PBB Desra Percaya, Mantan Menhan Purnomo Yusgiantoro, Wakil Dubes RI untuk PBB M. Anshor serta Konjen RI New York G. Dharmaputra. (pda/mas/jpnn)


Syahdan, pianis legendaris Vladimir Horowitz pernah menolak recording suatu komposisi lagu. Alasannya ketika itu adalah “my level is not enough


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News