Luhut Binsar Sebut Tanpa Nikel Indonesia, Pasar EV Amerika Terpuruk

Luhut pun mengatakan nikel Indonesia bisa menjadi lebih ramah lingkungan.
Namun, agar ini terwujud, pembangunan ekonomi sangatlah penting lewat penerimaan ekspor atau investasi asing langsung.
"Inisiatif pemerintah juga ada dengan batasan dan pajak atas emisi karbon yang akan diberlakukan tahun ini, dan di saat yang sama pembangkit listrik tenaga batu bara baru sudah dilarang. Namun, transisi hijau di Indonesia pada akhirnya bergantung pada modal," kata Luhut.
Luhut menyebut kekhawatiran anggota parlemen AS terhadap lingkungan hidup atas usulan perjanjian perdagangan bebas juga didukung oleh ketegangan antara Beijing dan Washington.
Perusahaan Tiongkok hadir dalam pemurnian nikel di Indonesia. Namun, demikian pula dengan perusahaan-perusahaan Korea Selatan dan bahkan Amerika.
"Jika AS memutuskan untuk menerapkan larangan menyeluruh terhadap nikel Indonesia hanya karena kehadiran negara lain dalam industri tersebut, tindakan seperti itu akan bertentangan dengan jaminan Menteri Keuangan AS Janet Yellen bahwa sekutu Amerika di Indo-Pasifik tidak boleh dipaksa untuk memilih antara Tiongkok atau AS. Pada akhirnya, nikel Indonesia akan diekspor ke suatu tempat," kata Luhut.
Luhut menegaskan Indonesia ingin bermitra dengan semua pihak.
"Terserah Washington apakah mau berjabat tangan untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau. Namun, negara saya tidak akan menunggu tanpa batas waktu," tegas Luhut.(mcr10/jpnn)
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan tanpa nikel Indonesia, pasar kendaraan listrik Amerika terpuruk
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul
- Wamen LH Puji Aksi Nyata Agung Sedayu & WBI Lestarikan Lingkungan Pesisir
- Jadi Pelopor AI, BINUS University Dorong Ekosistem Kerja Kreatif Berbasis Teknologi
- Hari Bumi 2025, Telkom Gelar Konservasi Lingkungan Secara Serentak di Indonesia
- Epson Mobile Projector Cart Raih Penghargaan Best of the Best di Red Dot Design Awards 2025
- PGE Raih Pendapatan USD 101,51 Juta di Kuartal I 2025, Dorong Ekosistem Energi Berkelanjutan
- Smelter Merah Putih PT Ceria Mulai Produksi Ferronickel