Lumpuh sejak Umur 4 Tahun, Risnawati Sukses Berjuang Wujudkan Mimpinya (1)

Termotivasi setelah Diejek, Sudah Bagikan 1.500 kursi Roda Gratis

Lumpuh sejak Umur 4 Tahun, Risnawati Sukses Berjuang Wujudkan Mimpinya (1)
Risnawati (dua dari kiri, di atas kursi roda) beserta tim UCP di depan kantornya. Foto: UCP for Jawa Pos

Umur empat tahun, Risna mengalami kelumpuhan. Sejak itu orang tuanya rajin membawa Risna ke fisioterapis. Sedikit demi sedikit, Risna kecil dilatih duduk dan berjalan. Umur sepuluh tahun, dia mampu berjalan meski tetap memakai alat bantu seperti kruk. Fisioterapis yang disebut Risna bernama Bu Rais itu tidak hanya memancing saraf-saraf Risna supaya bekerja, tetapi juga memberikan "terapi" untuk orang tuanya. Terapi tersebut adalah kelapangan hati untuk menerima keadaan si anak apa adanya. Selain itu, orang tua Risna dimotivasi agar membantu si anak tetap bisa mengaktualisasikan diri.

   

Memang, menurut Risna, hal tersulit dari menjadi penyandang difabel adalah penolakan lingkungan. Di berbagai tempat, orang memandang dengan cemoohan atau rasa kasihan. Tidak sedikit pula yang menggunjingkan kondisi tersebut karena menganggapnya sebagai aib dan hukuman dari Tuhan. "Diskriminasi dan tekanan sosial itu menyedihkan," terang perempuan kelahiran 21 Maret 1973 itu.

Namun, berkat fisioterapis itulah, mata orang tua Risna terbuka. Mereka sadar bahwa memiliki anak cacat bukanlah aib. "Orang tua saya disarankan menyekolahkan saya di sekolah umum, bukan SLB (sekolah luar biasa, Red)," ujarnya.

Maka, Risna pun menuntut ilmu di sekolah umum. Bersanding dengan anak-anak normal yang bisa berjalan, berlari, dan melompat. "Saya selalu merasa normal. Meskipun, banyak anak yang mengejek saya sebagai orang aneh," tutur Risna, yang mengaku pernah memukul teman SD-nya karena marah setelah diejek.

Sejak berumur empat tahun, Risnawati Utami lumpuh. Menjadi seseorang dengan stigma cacat alias difabel (different ability) membuat dia malah bersemangat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News