Maaf, Filipina Diragukan Bisa Membasmi Abu Sayyaf

Maaf, Filipina Diragukan Bisa Membasmi Abu Sayyaf
Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), saat berpatroli di Zamboanga City. Foto: dok/Reuters

jpnn.com - MANILA - Kelompok Abu Sayyaf di Filipina semakin menyita perhatian dunia. Belum hilang kegelisahan atas belasan bahkan mungkin puluhan aksi penculikan, pembajakan, penyanderaan yang terjadi dalam dua dekade terakhir, Senin (25/4) kemarin, aksi barbar Abu Sayyaf kembali mengguncang.

Kepala John Ridsdel dipenggal, dimasukkan ke dalam kantong plastik dan kemudian ditinggal di sebuah jalan di Jolo City.

Pengamat politik maupun militer ramai angkat bicara menyorot rentetan kejadian ini. Mereka mempertanyakan apakah angkatan bersenjata Filipina mampu melaksanakan perintah Presiden Benigno S. Aquino III, membasmi kelompok yang kabarnya hanya tinggal tersisa sekitar 500 orang itu.

"Masalah ini sudah lama bersama kami, tampak jelas bahwa pemerintah, tidak hanya di bawah pemerintahan saat ini, tetapi di bawah pemerintahan masa lalu, telah gagal total untuk mengakhiri penculikan untuk operasi tebusan dari Abu Sayyaf," kata mantan pejabat militer, Ramon J. Farolan dalam sebuah kolom untuk The Philippine Daily Inquirer, yang dikutip kembali The New York Times, Selasa (26/4).

Wakil Presiden Jejomar Binay, yang merupakan calon presiden dalam pemilihan 9 Mei nanti, juga termasuk di antara mereka yang telah menyerukan upaya lebih untuk membasmi Abu Sayyaf. "Kelompok-kelompok ini bandit, bukan pemberontak, dan harus ditangani dengan segera dan tegas," katanya.

Meskipun militer Filipina jauh melebihi jumlah Abu Sayyaf dan memiliki pelatihan yang lebih baik dan persenjataan yang lebih canggih, tentara menghadapi kendala besar: hutan lebat di mana kelompok itu beroperasi. "Pada tingkat taktis, mereka memiliki penguasaan medan," ujar Kolonel Restituto Padilla Jr, seorang juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina. "Mereka memetakan seluruh wilayah dan tahu setiap sudut dan celah," kilahnya.

Padilla menjelaskan, dalam dua dekade terakhir, Abu Sayyaf telah menculik puluhan warga asing, menerima jutaan dolar uang tebusan, dan beberapa yang telah didistribusikan ke penduduk setempat. Selain itu, banyak dari para pejuang Abu Sayyaf memiliki kerabat dan klan ikatan tradisional untuk warga, yang semuanya menempatkan mereka bertentangan dengan pasukan pemerintah.

"Mereka telah menjadi Robin Hood lokal, dicari dan dihormati oleh cukup banyak penduduk setempat," kata Padilla.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News