Macron

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Macron
Presiden Prancis Emmanuel Macron. Foto: Guillaume Horcajuelo/Pool via REUTERS/rwa/cfo

Akan tetapi bapak dan anak itu bermusuhan. 

Sang anak kemudian memecat bapaknya sendiri dari partai.

Di bawah Marine Le Pen perolehan suara Front Nasional terus mengalami peningkatan. 

Garis politik yang diambilnya sama dengan para pemimpin populis lainnya seperti Boris Johnson di Inggris yang membawa negaranya keluar dari persekutuan Eropa. 

Andai terpilih sebagai presiden, Le Pen—yang sangat mengidolakan Putin--menjadi pemimpin perempuan populis sayap kanan pertama yang menjadi presiden di negara besar.

Perolehan suara untuk Le Pen di putaran pertama pemilu menunjukkan peningkatan di wilayah industri dan juga pedesaan. 

Para buruh industri dan petani di desa yang merasa terancam oleh imigrasi dan globalisasi memilih Le Pen yang berjanji akan mementingkan orang-orang kulit putih Prancis.

Para buruh yang tersingkir dari pekerjaannya menjadi basis dukungan penting bagi Le Pen.

Macron mengalahkan lawannya dari Marine Le Pen yang terkenal sebagai politikus anti-imigrasi, anti-Yahudi, dan anti-Islam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News