Macron

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Macron
Presiden Prancis Emmanuel Macron. Foto: Guillaume Horcajuelo/Pool via REUTERS/rwa/cfo

Pasca-Erdogan kemungkinan akan ada kompromi dan sintesa baru dari kekuatan nasionalis dan kalangan islamis.

Indonesia mempunyai problem yang berbeda dengan Prancis, Amerika, maupun Turki. 

Indonesia bukan negara sekular tapi juga bukan negara agama. 

Indonesia mempunyai Pancasila yang menjadi perpaduan antara ide-ide politik sekular dengan semangat religiusitas.

Sila ketuhanan menjadi sila utama yang memberi jaminan terhadap peran agama dalam politik nasional. 

Sila ketuhanan menjadi spirit dan pengayom empat sila lain yang diambil dari gagasan-gagasan sekular seperti demokrasi, keadilan sosial, dan kesejahteraan ekonomi.

Sebagaimana di Amerika, Prancis, dan Turki, Indonesia juga mengalami ketegangan ideologis antara kelompok Islam dan nasionalis. 

Saat ini rezim Indonesia lebih cenderung kepada ide-ide nasionalis-sekular dan berusaha membendung kebangkitan ide-ide islamis yang menginginkan kembalinya sistem negara Islam maupun sistem khilafah.

Macron mengalahkan lawannya dari Marine Le Pen yang terkenal sebagai politikus anti-imigrasi, anti-Yahudi, dan anti-Islam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News