Mafia Favela Jelang World Cup 2014 dan Olympic Games 2016

Mafia Favela Jelang World Cup 2014 dan Olympic Games 2016
KUMUH: Bukit Niemeyer, tempat berkukimnya komunitas Favela di Brazil. Foto: Don Kardono/Indopos
Jika Anda berada di Rio de Janeiro, sempatkan waktu ke Rocinha, “sarang Favela” paling padat, paling kumuh, dan paling seram di Brazil. Syaratnya, harus punya guide terpercaya, berbahasa Portugis dengan slank Rio, dan punya persediaan nyali untuk menerobos kampung yang dihuni mafia obat, pengedar cocain, dan kriminalis bersenjata api itu.

Siap-siap mobil yang Anda tumpangi dihentikan, buka bagasi, buka pintu dan kaca jendela, dan diperiksa seperti kalau Anda hendak masuk ke parkiran Ritz Carlton, JW Marriot, Shangri-La, Five Season dan Intercontinental Hotel di Jakarta.

Kap mesin pun terkadang harus mereka buka, untuk memastikan kita ini polisi dan tidak sedang melakukan aktivitas mata-mata. Hampir tidak pernah ada polisi yang iseng sendirian atau hanya satu mobil bergerak ke kawasan berbukit-bukit dengan rumah kotak kecil-kecil, gang sempit dan sesak dengan penduduk slum area itu.

Hanya di Rio dan Sao Paulo, kota yang paling besar komunitas Fevala-nya. Dari sensus yang dirilis, Desember 2011 lalu oleh IBGE–Brazilian Institute of Geography and Statistics, tahun 2010 saja jumlah penghuni Favela itu mencapai 6 persen, jika jumlah penduduk Brazil 195 juta jiwa saat ini, maka komunitas kumuh dan berbahaya itu berjumlah 11,4 juta jiwa lebih.

Jika Anda berada di Rio de Janeiro, sempatkan waktu ke Rocinha, “sarang Favela” paling padat, paling kumuh, dan paling seram di Brazil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News