Mag Harus Pede Puasa

Mag Harus Pede Puasa
Mag Harus Pede Puasa

jpnn.com - SURABAYA – Memasuki bulan Ramadan, terkadang perasaan waswas menghantui setiap orang, terutama penderita sakit mag. Apakah akan baik-baik saja menjalani ibadah puasa? Atau, adakah perlakuan-perlakuan khusus yang diperlukan untuk menjaga ketenangan ibadah?

Heris Setiawan Kusumaningrat, salah seorang dokter yang bertugas di Pusat Konsultasi Ahlinya Lambung (PKAL) di frontage barat di depan DBL Arena, menuturkan pendapatnya. ”Sakit mag tidak hanya menyinggung masalah fisik, namun juga psikis,” ujar dia, Kamis (26/6).

Lewat kegiatan yang diselenggarakan PT Kalbe Farma Tbk pada 26–29 Juni itu, Heris beserta sembilan dokter lainnya mengadakan pelayanan konsultasi gratis dan edukasi seputar kesehatan lambung.

Penderita sakit mag, ujar Heris, sebetulnya tidak perlu waswas menjalani ibadah puasa. Faktor terbesar yang memengaruhi justru sisi psikologis sang penderita. ”Saat hari pertama berpuasa, organ-organ dalam tubuh akan otomatis beradaptasi. Sebenarnya tidak perlu khawatir mag kambuh, yang penting mentalnya siap,” tutur dokter yang sehari-hari bertugas di Puskesmas Tambakrejo itu.

Mental, papar dia, berpengaruh amat besar terhadap proses adaptasi tubuh saat berpuasa. Jika seseorang meniatkan secara sungguh-sungguh, tubuh akan merespons positif. Sebaliknya, jika dari awal sudah beranggapan tidak kuat, organ tubuh juga akan kewalahan. ”Akibatnya, muncul keluhan-keluhan penderita mag seperti mual, sakit di ulu hati, dan lain-lain. Orang mag itu lambungnya lebih manja,” ujar dia.

Selain mental, faktor gaya hidup sangat berpengaruh terhadap penderita mag. Tingkat kesibukan warga metropolis, terutama pekerja, hampir serupa. ”Biasanya pekerja itu sering lupa sarapan, lalu makan karena kebutuhan pekerjaan. Diajak teman atau relasi makan, yaikut makan. Padahal, belum tentu lapar. Nanti kalau sudah asyik kerja, malah lupa makan. Padahal, perut sudah berontak,” kata dia.

Untuk mengurangi risiko sakit mag, tutur Heris, yang penting pola makan dan pola tidur teratur. Termasuk saat berpuasa. Selain itu, perlu diimbangi dengan makanan-makanan kecil pada malam hari, mulai waktu berbuka hingga menjelang tidur. ”Perbanyak makanan berserat saat sahur. Makanan berserat lebih lambat dicerna dan bertahan lama di dalam tubuh,” terang dia.

Sakit mag, ujar Heris, sangat bisa disembuhkan. Dengan penerapan pola hidup yang benar, dinding lambung yang terluka bisa tertutup lagi. Tapi, jika kembali ke pola hidup yang salah, lambung akan terluka lagi. ”Bisa di tempat yang sama atau tempat yang baru,” papar dia. (rim/c10/dos) 

SURABAYA – Memasuki bulan Ramadan, terkadang perasaan waswas menghantui setiap orang, terutama penderita sakit mag. Apakah akan baik-baik saja

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News