Mahasiswa Indonesia Berharap Jam Kerja Mereka di Australia Tak Perlu Dibatasi

Mahasiswa Indonesia Berharap Jam Kerja Mereka di Australia Tak Perlu Dibatasi
Mahasiswa doktoral bidang teknik di Monash University, Naufan Nurrosyid, mengaku tak ingin menyia-nyiakan waktunya di Australia sehingga memilih bekerja sebagai cleaner dan asisten dosen.  (Supplied)

"Pertimbangannya itu jurusan aku enggak punya exam, yang berarti cuma full assignment, kalau itu sudah selesai sudah enggak ada apa-apa lagi. Jadi waktu saya relatif lumayan banyak," ungkap Jess.

Selama ini, bila jadwal kuliahnya padat, dengan sendirinya Jess selalu mengurangi jam kerjanya.

Menurut dia, hal ini kembali kepada mahasiswanya sendiri, karena pemerintah membatasi jam kerja supaya mahasiswa bisa fokus belajar.

"Bekerja di Australia merupakan pengalaman tersendiri karena saya harus mengajukan lamaran sendiri, di-interview, dan saat keterima di-trial dulu," jelasnya.

Yang berkesan baginya saat ia dipercaya untuk terlibat dalam desain, bukan hanya membuat es krim, karena menurutnya susah mendapat pekerjaan sesuai bidang ilmunya jika belum punya 'portfolio'.

"Puji Tuhan saya diberi kesempatan untuk bekerja di bidang ini, dan saya tahu tidak semua orang punya kesempatan seperti itu," ucap Jess.

Ikuti berita menarik lainnya di ABC Indonesia.


Mulai bulan Juli, mahasiswa internasional hanya boleh bekerja maksimal 24 jam per minggu


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News