Mahasiswa Indonesia Hanya Satu, Berminat Ikut Campus Expo

Mahasiswa Indonesia Hanya Satu, Berminat Ikut Campus Expo
BUTUH TEMAN: Abu Hasan Ashari (kanan) menyapa dua teman kuliahnya di asrama mahasiswa asing di kampus Ningxia University, Jumat (5/9). Frizal Kurniawan/Jawa Pos/JPNN.com

Putra pasangan Bahruddin dan Sulastri itu menghabiskan setahun terakhir di Ningxia dengan tinggal di asrama mahasiswa empat lantai yang terletak sekitar 300 meter dari fakultasnya. Dia menghuni kamar berukuran 6 x 5 meter persegi bersama seorang rekannya asal Mesir, Ahmad. Asrama tersebut berisi mahasiswa asing dari 32 negara.

Soal makan, Abu tidak pernah khawatir. Dia bisa memasak beberapa jenis masakan Indonesia di asramanya. Jika tidak sempat memasak, Kota Yin Chuan menyediakan banyak penjual makanan halal yang cocok dengan lidah orang Indonesia. ’’Yang kurang di sini hanya sambal,’’ ucapnya seraya tertawa.

Selain fasilitas belajar yang baik, Abu mendapat banyak kemudahan lewat statusnya sebagai mahasiswa muslim. Misalnya, kesempatan untuk menunaikan salat Jumat. ’’Di Yin Chuan banyak masjid, jadi tidak susah saat hendak salat berjamaah,’’ tutur pengagum tokoh besar Tiongkok Mao Tse Tung dan Sun Yat Sen itu.

Kemudahan lainnya adalah saat hari raya. Abu mencontohkan, saat Idul Adha, Ningxia University meliburkan aktivitas kampus selama seminggu untuk menghormati mahasiswa muslim yang kuliah di situ. Liburan tersebut malah tidak lazim dan terlampau panjang untuk ukuran Indonesia karena liburan panjang di tanah air hanya berlaku saat Idul Fitri.

Di Ningxia University Abu mendapat beasiswa penuh selama setahun. Jika tanpa beasiswa, mahasiswa harus merogoh kocek 16 ribu sampai 22 ribu yuan (setara Rp 32 juta–Rp 44 juta) per tahun. Karena mendapat beasiswa, Abu tinggal mengeluarkan biaya untuk asrama sebesar 600 yuan (Rp 1,2 juta) per bulan dan makan.

”Untuk makan, saya dikirimi 1.000 yuan (Rp 2 juta) setiap bulan oleh orang tua saya. Itu sudah sangat cukup,” ucapnya.

Uang tersebut berasal dari tabungan miliknya yang dikumpulkan hasil kerja pascalulus dari UIN Jogjakarta. Agar tidak boros, Abu meminta orang tuanya untuk mengirimkan uang tersebut secara terbatas setiap bulan.

Dia menuturkan, untuk bisa kuliah di Tiongkok, mahasiswa tidak harus fasih berbahasa Mandarin. Sulung di antara tiga bersaudara itu mengaku berangkat ke Tiongkok tanpa modal bahasa Mandarin sama sekali.

Jalur sutra baru yang digagas Tiongkok diharapkan membentang hingga negara-negara Timur Tengah. Untuk memenuhi ambisi itu, Tiongkok mencari sumber

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News