Mahasiswa Internasional Sudah Kembali ke Australia, Tetapi Kesulitan Menghadapi Biaya Hidup yang Tinggi

Mahasiswa Internasional Sudah Kembali ke Australia, Tetapi Kesulitan Menghadapi Biaya Hidup yang Tinggi
Dahlia Rera Oktasiani sudah bekerja di beberapa tempat sejak tiba di Australia bulan November 2022. (Supplied)

Dahlia berharap ada tempat tinggal yang biayanya terjangkau untuk membantu mahasiswa internasional.

Dia mendengar ada seorang temannya yang tinggal sekamar bertiga, dalam sebuah rumah tiga kamar yang diisi oleh 12 orang.

Menurut survei yang dilakukan University of Technology Sydney di tahun 2019, beberapa mahasiswa internasional melakukan apa yang disebut "hot-bedding" di mana mereka hanya memiliki tempat tidur hanya dalam waktu beberapa jam saja untuk beristirahat.

Survei yang mengguakan sampel tujuh ribu mahasiswa dari sekitar 750 ribu mahasiswa internasional yang ada di Sydney dan Melbourne memperkirakan sekitar 3 persen (atau lebih dari 200 mahasiswa) menyewa tempat tidur selama beberapa jam sehari.

'Ini situasi yang melelahkan'

Di Adelaide, Kevin Vuong dan saudara kembarnya Nick lebih beruntung. Mereka tinggal bersama keluarga pamannya, walau juga membayar sewa, sambil belajar di University of South Australia.

Si kembar yang berusia 20 tahun tersebut berasal dari Ho Chi Minh City dan sudah tinggal di Australia selama lima tahun sejak duduk di sekolah menengah.

Walau biaya akomodasi mereka lebih rendah dibandingkan mahasiswa internasional lain pada umumnya, mereka tetap harus merogoh kocek untuk makanan dan asuransi kesehatan pribadi.

"Kami harus membayar biaya kesehatan dari kantong pribadi karena mahasiswa internasional tidak ditanggung oleh Medicare," kata Kevin.

Pada tahun 2020, Perdana Menteri Australia ketika itu, Scott Morrison, meminta mahasiswa internasional untuk pulang bila mereka tidak bisa membiayai diri sendiri

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News