Mahoyak Tabuik, Pesta Pantai Terbesar di Pantai Barat Sumatera

Mahoyak Tabuik, Pesta Pantai Terbesar di Pantai Barat Sumatera
Suasana di Simpang Tabuik, Pariaman. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

Makanya sampai hari ini masih ada daerah bernama Kampuang Cino (Kampung Cina)--meski orang Cina sudah tak ada di Pariaman. Mereka dibantai dan diusir habis dari kota itu saat Perang Dunia Kedua.  

Sedangkan urang kaliang masih ada hingga hari ini. Kebanyakan mereka tinggal di Kampuang Kaliang--persis di bibir pantai Pariaman. 

"Mereka inilah keturunan Kadar Ali, pelopor perayaan Tabuik Piaman," tulis Asril Muchtar dalam buku Sejarah Tabuik.

Pariaman, 1826. Dua tahun setelah Traktat London…

Kadar Ali dan rombongannya yang notabene penganut Syi'ah, membuat ritual Tabuik untuk mengenang kematian Husain cucu Nabi Muhammad yang dimutilasi dalam perang Karbala, 10 Muharam 61 Hijriah atau 680 Masehi. 

Tabuik berasal dari kata tabut yang secara harifiah berarti kotak atau peti. Ritual ini merujuk pada peristiwa setelah kematian Husain. Legendanya, turunlah arak-arakan Buraq dari langit. Membawa peti (tabut) untuk mengumpulkan dan mengangkat jasad Husain.

Seorang pengikut setia Husain yang berasal dari Cipai bergantung di salah satu peti. Di tengah perjalanan antara langit dan bumi, ada malaikat yang mencium aroma manusia hidup. 

"Kalau kamu memang cinta pada Imam Husain, tetaplah berada di dunia. Lakukanlan apa yang kamu lihat dan saksikan ini setiap tahun sebagai rasa sayang dan cintamu pada Saidina Husain," begitu kata Malaikat dalam legenda yang dikisahkan turun temurun.

HARI ini, orang Pariaman, Sumatera Barat Mahayohak Tabuik.  Pesta pantai yang sudah berlangsung sejak 1826. Kisahnya bermula dari sini… 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News