Makin Banyak Warga Australia Berpikir Ulang untuk Pergi ke Dokter

Dr Adisti Adityaputri asal Jakarta sudah bekerja menjadi dokter umum (GP) di sebuah klinik di Hampton Park di Melbourne sejak tahun 2019.
Klinik tempat ia bekerja menerapkan sistem "bulk billing', akibatnya sekarang dia harus menangani pasien lebih banyak dibandingkan masa pandemi.
"Sekarang jadwal saya sampai 3-4 hari ke depan sudah penuh, padahal sebelum pandemi tidak begitu karena ketika itu di klinik saya banyak dokter yang lain," ujar dokter lulusan Universitas Atma Jaya Jakarta tersebut.
Sebagai dokter muda yang relatif baru bekerja di Australia, dr Adisti bisa melihat banyaknya ketidakpuasan di kalangan dokter umum yang sudah lama bekerja.
"Tidak sekadar soal rabat dari Medicare yang tidak naik selama bertahun-tahun, tapi juga ada masalah lain seperti perbedaan antara dokter umum yang punya spesialisasi dan yang tidak," kata Adisti lagi.
Adisti mengaku memahami mengapa sebagian dokter kemudian memutuskan untuk keluar dari sistem Medicare dan bekerja pribadi dengan mengenakan bayaran bagi pasien mereka.
"Mereka yang bekerja privat, pasiennya lebih sedikit namun pendapatannya tidak berkurang. Stres mereka juga kurang, sehingga kemungkinan berbuat kesalahan juga menjadi lebih rendah," katanya.
Dokter Adisti mengatakan untuk menemukan solusi akan jadi tantangan pemerintah Australia karena sistem Medicare sudah berjalan selama bertahun-tahun.
Laporan terbaru menunjukkan semakin banyak warga di Australia yang menunda atau enggan pergi ke dokter umum karena sekarang harus membayar
- Dokter Konsumen
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dokter Ayu Widyaningrum Raih Penghargaan Pemimpin Inklusif 2025 dalam Eksekutif Award