Malapraktik, Mata Pasien Malah Buta Permanen

Malapraktik, Mata Pasien Malah Buta Permanen
Ilustrasi. Pixabay

Alangkah terkejutnya pihak keluarga, saat diketahui hasil diagnosa bahwa mata sebelah kiri Tatok mengalami kerusakan.

Itu diketahui menantu Tatok, Eduard Rudi Suharto. Dia mengatakan berdasarkan rekam medis diagnosa yakni, kondisi mata Tatok tidak bisa ditangani, karena operasi pertama ada lensa mata yang sobek.

Tak hanya itu, pecahan katarak ternyata juga bertaburan di mata korban.

Hingga akhirnya, Eduard mendatangi dr. Moestidjab pada 13 Januari 2017.

Sudah sembilan bulan berlalu, akhirnya hasil rekam medis dari SNEC pun ditunjukkan.

"Dari awal pascaoperasi pertama beliau tidak mengatakan kondisi sebenarnya kepada keluarga. Bukan malah membaik justru kian parah yang dirasakan," ujarnya.

Menurut Eduard saat didesak, akhirnya dr. Moestijab mengaku bahwa dia berbohong.

"Alasannya, saat itu gagal operasi, tapi dia malu untuk berterus terang. Karena takut reputasinya jatuh di mata keluarga kami," tuturnya.

Terpisah, pihak Surabaya Eye Clinic, khususnya dr. Moestidjab belum memberikan keterangan resmi soal pelaporan tersebut.
Upaya konfirmasi dari media ini hanya ditemui pihak staf bernama Rinto.

Menurut keterangan wanita berjilbab ini, dr. Moestidjab memang berpraktik di klinik tersebut.

"Iya kalau praktik biasanya pagi. Jam 11 siang. Ini tadi beliau keluar. Saya tidak berani berstatemen soal itu," ujar Rinto.

Sepengetahuan Rinto, dokter tersebut merupakan salah satu pemilik saham di klinik itu. (win/jpnn)


Harapan Tatok Poerwanto untuk bisa menyembuhkan katarak mata kirinya sirna sudah.


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News