Mari Bersama Perangi Hoaks Seputar Vaksin Covid-19

Mari Bersama Perangi Hoaks Seputar Vaksin Covid-19
Ilustrasi vaksinasi COVID-19. Foto: Ricardo/JPNN.com

Hoaks lain seputar vaksin Covid-19 yakni tudingan bahwa uji klinis yang digelar di Bandung bersifat ecek-ecek lantaran jumlahnya terlalu sedikit hanya 1.620 orang.

Faktanya, uji klinis vaksin dilakukan secara multisenter di beberapa negara lain dengan jumlah total 30.490 orang.

Julitasari mengatakan ada pula argumen yang dituduhkan gerakan antivaksin terbukti palsu. Misalnya soal tudingan vaksin MMR menyebabkan autisme.

Faktanya, data yang dipublikasikan di majalah Lancet tidak benar. Majalah itu lantas menarik artikelnya pada 6 Februari 2010. Selain itu banyak riset membuktikan tuduhan vaksin MMR menyebabkan autisme tidak terbukti.

Mitos lain seputar vaksin Covid-19 misalnya sistem imun bayi tidak bisa mengatasi berbagai vaksin. Faktanya, justru makin kecil anak makin baik diberikan imunisasi. Vaksin hepatitis B misalnya diberikan saat masih bayi. Begitu pula vaksin Polio diberikan saat bayi masih di rumah sakit. Vaksin akan memberikan respons imun terhadap antigen yang masuk.

Dia meminta masyarakat tidak mudah terpancing isu hoaks seputar vaksin. Julitasari mengajar masyarakat mendapatkan informasi yang tepat melalui sumber terpercaya dan kredibel.

“Kami khawatir kelompok ini yang besar. Dan kelompok ini yang perlu kita perjuangkan bisa kita yakinkan bahwa isu-isu itu adalah hoaks dan percayalah pada pendapat pakar yang kemudian diadopsi pemerintah,” kata Septiaji.

Sementara, Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho, mengatakan selama pandemi pihaknya mencatat jumlah hoaks Covid-19 sangat masif.

Pemerintah dan masyarakat perlu berkolaborasi untuk memerangi hoaks agar Indonesia segera keluar dari pandemi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News