Martir Minoritas

Oleh: Dahlan Iskan

Martir Minoritas
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saat terkena razia itu Mahsa tidak mengenakan kerudung yang sesuai peraturan di sana - -yang berlandaskan Islam versi Iran.

Rasanya Mahsa lagi sial. Di Iran, sepengetahuan saya, aturan kerudung itu tidak terlalu ketat. Tidak seperti di Arab Saudi.

Memang, yang terbanyak, wanita di sana pakai penutup kepala, tetapi bukan jilbab. Kerudung mereka memang menutupi kepala, tetapi masih memperlihatkan sedikit rambut di bagian depan. Hanya sedikit lebih rapat dari cara Mbak Yenny Wahid berkerudung.

Wanita pakai burka (penutup seluruh tubuh, pun wajah) hanya lebih banyak di kota Qom. Yakni kota yang dianggap suci di Iran. Di kota inilah kepemimpinan spiritual Iran berpusat.

Enam bulan lalu saya juga melihat video yang diambil orang Jakarta yang lagi tinggal di Kota Shiraz. Ia lagi menunggu keluarga yang transplant hati di rumah sakit di situ.

Ia ke mal di kota itu. Diam-diam ia membuat video candid. Tidak diatur-atur.

Terlihat di situ banyak wanita tidak berpenutup kepala. Ada juga yang berkerudung, tetapi celananya jin yang ketat.

Maka sial benar Mahsa terkena razia, padahal razia seperti itu tidak selalu ada.  Atau dia memang sengaja memprotes aturan itu.

Awalnya keadaan di Iran memang seperti sangat gawat. Kesan saya: seperti kerusuhan 1998 di Jakarta, apalagi informasi yang masuk ke saya sangat serius.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News