Marwan Jafar Berharap BUMN Jadi Lokomotif Ekonomi yang Nasionalis

Marwan Jafar Berharap BUMN Jadi Lokomotif Ekonomi yang Nasionalis
Mantan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar yang juga Ketua LPP DPP PKB saat acara Dialog Publik di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kamis (23/3).

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR Marwan Jafar meminta BUMN harus menjadi lokomotif baru ekonomi yang mengglobal. Namun Marwan mengingatkan, BUMN harus menunjukkan nasionalisme dan prokerakyatan.

"Saya mendukung sepenuhnya kalau pemerintah bertekad menjadikan BUMN sebagai lokomotif baru perekonomian nasional sekaligus mampu bersaing di tataran global," kata Marwan saat dihubungi, Selasa (18/2).

Dia menyarankan BUMN melakukan modernisasi jangka pendek maupun jangka panjang. Mulai dari perlunya membenahi melalui holding, restrukturisasi, manajemen risiko hingga memanfaatkan kecerdasan bisnis, kecerdasan buatan, big data dan teknologi robotik.

"Buat pembanding saja, kita bisa menengok kinerja mendunia oleh semacam 'BUMN' di Malaysia melalui institusi bisnis Khazanah atau Temasek di Singapura yang relatif sudah mampu memanfaatkan serta mengoptimalkan berbagai kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masa depan yang tadi saya sebutkan," ujar Marwan.

Menurutnya, hanya dengan cara memanfaatkan sejumlah keunggulan pengetahuan dan teknologi tersebut, maka segenap potensi sumber daya alam seperti energi, air dan pangan serta sumber daya manusia Indonesia akan mampu menjadikan BUMN bersaing di level global.

Politikus PKB ini tidak ingin BUMN terus berada dalam model-model bisnis yang konvensional, banyak jebakan teknis serta bersifat artifisial belaka.

Meski demikian, Marwan mengingatkan, jati diri bangsa khususnya terkait tugas sosial. Artinya, BUMN juga tetap wajib nasionalis dan prokerakyatan serta berkontribusi besar mengurangi kesenjangan ekonomi di tengah masyarakat yang masih cukup lebar. Soal kemiskinan tersebut saat ini sudah jadi masalah global atau bukan hanya melanda Indonesia.

"Buktinya, penghargaan Nobel Ekonomi tahun 2019 lalu yang diraih Abhijit Banerjee ekonom Amerika yang lahir di India dan istri yang berkebangsaan Prancis-Amerika Esther Duflo, serta ekonom Michael Kremer karya-karyanya dinilai solutif mengatasi kemiskinan," kata dia. (tan/jpnn)

Politikus PKB ini tidak ingin BUMN terus berada dalam model-model bisnis yang konvensional, banyak jebakan teknis serta bersifat artifisial belaka.


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News