Masjid Mujahidin di Perak Barat, Pendiri dan Pengurusnya Orang Bugis

Masjid Mujahidin di Perak Barat, Pendiri dan Pengurusnya Orang Bugis
Aktivitas buka bersama di Masjid Mujahidin pada bulan puasa. Meski takmir masjid didominasi warga Sulawesi, namun terbuka bagi jamaah dari golongan apapun. Foto Satria Nugraha/Radar Surabaya/JPNN.com

Ia mengaku, dirinya sudah mulai merantau ke Surabaya sejak tahun 1983 dan baru menjadi takmir sejak tahun 2003.

Ia menambahkan, saat ini posisi ketua takmir diisi oleh Sugiharta. Beliau juga merupakan warga asli Sulawesi.

Adnan mengaku, para takmir yang memiliki darah Sulawesi memang mayoritas tinggal di daerah Perak. Kebanyakan dari mereka merupakan pengusaha kapal.

“Kapal nelayan yang berlayar di daerah Perak sini untuk mencari ikan, kebanyakan milik warga Sulawesi. Selain itu, ada juga beberapa yang merupakan tengkulak hasil laut,” lanjutnya dengan logat Bone yang kental.

Adnan menuturkan, banyaknya warga Sulawesi yang bermukim di Surabaya bukan hal yang baru.

Sebab, selama ini warga Sulawesi memang memiliki jiwa merantau yang kuat. Jika sukses, mereka pasti akan menandai dengan membangun masjid di tanah perantauan.

“Contohnya ya, masjid Mujahidin ini,” jelasnya.

Namun meski diurus warga Sulawesi, Adnan mengatakan bahwa pihaknya sangat toleran. Tak ada jarak antara jemaah yang mayoritas dari suku Jawa dengan takmir yang didominasi warga Sulawesi.

Ada yang unik dari Masjid Mujahidin. Bukan soal sejarah bangunannya. Namun dari sisi takmir atau pengurus masjid.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News