Masyarakat Yogyakarta Diimbau Waspada, Bencana Hidrometeorologi Mengintai

Masyarakat Yogyakarta Diimbau Waspada, Bencana Hidrometeorologi Mengintai
Awan mendung di atas Kota Yogyakarta, Rabu (17/11/2021). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/tom)

jpnn.com, YOGYAKARTA - Masyarakat Yogyakarta diimbau mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi yang dipicu cuaca ekstrem akibat munculnya pusat tekanan rendah di Samudera Hindia.

Potensi cuaca ekstrem tersebut berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, hujan es, angin kencang, dan angin puting beliung.

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono menuturkan pada 4 April 2022 diperkirakan hujan dengan intensitas sedang-lebat dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang terjadi di Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul terutama pada siang, sore, atau malam.

"BMKG menghimbau kepada masyarakat dan pemerintah daerah agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem," kata dia melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Minggu.

"Terutama untuk masyarakat yang berada atau tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi," kata Warjono.

Dia menjelaskan berdasarkan analisis dinamika atmosfer terkini, terdapat pusat tekanan rendah di Samudera Hindia sebelah barat Australia yang membentuk daerah pertemuan angin (konvergensi) memanjang dari wilayah Banten hingga Jawa Tengah dan terjadi belokan angin (shearline) di wilayah Jawa Timur.

Kondisi tersebut, menurut Warjono, diperkuat kondisi ENSO pada La Nina lemah, anomali suhu muka laut di Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa dan Laut Jawa umumnya di atas normal, serta profil vertikal kelembaban udara di atas wilayah DIY yang cukup tinggi.

"Diperkuat dengan labilitas lokal oleh proses konvektif pada siang hari di wilayah sekitar pegunungan atau perbukitan mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan terutama awan cumulonimbus di wilayah Yogyakarta," ujar dia. (antara/jpnn)

Masyarakat Yogyakarta diimbau mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi yang dipicu cuaca ekstrem akibat munculnya pusat tekanan rendah di Samudera Hindia.


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News