Mat Depok, Nyai Belanda dan Jaringan Jawara Jakarta

Mat Depok, Nyai Belanda dan Jaringan Jawara Jakarta
Jas dan kupiah milik Mat Depok. Foto; Wenri Wanhar/JPNN.com.

Mat Depok memberi anaknya nama Misar terilhami nama gurunya. 

“Waktu umur lima tahun saya memang sering sakit-sakitan. Dipikir karena keberatan nama. Makanya nama saya diganti dari Zakaria jadi Misar, sama dengan nama gurunya di Pengasinan.”

Bawah Tanah

Pada 1942, sewaktu Jepang datang ke Indonesia, Mat Depok sedang mendekam di penjara Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta. 

Dia tertangkap dan diasingkan ke sana bukan karena membawa lari Nyai Tuan Menir, melainkan karena kedapatan merampok gudang logistik Belanda. 

Begitu Belanda angkat kaki, Jepang membebaskan tawanan Pulau Onrust, termasuk Mat Depok. Diam-diam dia ikut gerombolan Banteng Merah, gerakan bawah tanah front anti fasis.

Banteng Merah merupakan organisasi semi militer yang didirikan secara diam-diam oleh DN Aidit, Chalid Rasjidi dan Salam pada 1944 di sekolah Dokuritsu Juku (Asrama Kemerdekaan) milik pimpinan Angkatan Laut Jepang, Laksamana Maeda. 

Begitu perang kemerdekaan meletus, Mat Depok bersama Banteng Merah dan kawan-kawannya sering menggelar razia di tepian Jakarta. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News