Matikan Televisi Membuat Hati Keluarga Lebih Tenang

Matikan Televisi Membuat Hati Keluarga Lebih Tenang
RR Widya Sukati Putri (berkerudung), istri dari pilot AirAsia Iriyanto mulai terlihat tegar berkat dukungan kerabat dan tetangga yang datang bergantian ke rumahnya, Rabu (31/12). Foto: Frizal/Jawa Pos/JPNN.com

KABAR kepergian, lalu ditimpa kecelakaan, sudah begitu memilukan keluarga penumpang. Kini pukulan kedua datang, yakni saat orang tersayang kembali dalam kondisi di dalam peti jenazah. Beberapa di antara mereka menunjukkan ketabahan yang luar biasa.
----------------

Tamu terus berdatangan di kediaman Kapten Iriyanto, pilot AirAsia QZ8501 yang kehilangan kontak pada Minggu (28/12). Mulai kerabat hingga para sahabat. Para pejabat di Kota Delta pun turut menguatkan hati RR Widya Sukati Putri, istri Iriyanto, serta dua buah hati pilot 53 tahun itu, Angela Anggi Ranastianis, 25, dan Arya Galih Gegana, 7.
 
Setelah CEO AirAsia Tony Fernandes datang langsung ke rumah Iriyanto, Rabu (31/12) giliran Wakil Bupati M.G. Hadi Sutjipto yang datang. Orang nomor dua di Sidoarjo itu tiba di kompleks perumahan Pondok Jati pukul 10.50 dengan didampingi Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Husni Thamrin.
 
Tidak banyak hal yang disampaikan Hadi kepada Widya. Dia hanya berpesan agar perempuan 47 tahun tersebut tegar. Saat itu, Widya memang terlihat lebih kuat jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Ibu dua anak itu tidak lagi menitikkan air mata saat menemui para tamu.
 
Bahkan, perempuan asli Madiun tersebut sudah bisa tersenyum. Dia juga terlihat kuat dan tabah saat berbincang-bincang dengan teman-temannya. Bahkan, Widya sering bercanda saat menemui ibu-ibu di kompleks perumahannya di tenda. "Terima kasih selalu menemani saya," ujar Widya sambil menyalami para tetangga.
 
Sekitar 15 menit dia ngobrol dengan mereka. Banyak hal yang diperbincangkan. Mulai dirinya yang memiliki cukup banyak saudara sehingga memiliki keluarga besar. Widya mempunyai tujuh saudara. Dia merupakan anak bungsu, nomor delapan.
 
Dengan bercanda, Widya mengungkapkan, orang zaman dahulu memiliki banyak anak karena dulu tidak ada televisi atau sarana hiburan. Salah seorang tetangga menimpali bahwa dahulu program keluarga berencana (KB) belum berjalan.

Perbincangan makin gayeng. Para tetangga yang berusaha menghibur Widya pun berhasil membuatnya sering tersenyum.
 
Obrolan tentang masa lalu yang terkait dengan minyak rambut urang-aring juga membuat Widya seolah "lupa" dengan kesedihannya. Dia pun terlibat pembicaraan mengenai tetangga yang pindah rumah. Termasuk soal renovasi.
 
Meski terlihat lebih kuat, Widya belum bisa berbicara banyak kepada media. Apalagi banyak tamu yang harus ditemui. "Maaf ya, masih banyak tamu yang harus saya temui. Nanti saya hubungi (jika sudah luang)," ucapnya kepada Jawa Pos.
 
Widya hanya berharap yang terbaik untuk suaminya, yakni segera ditemukan sehingga keluarga mendapat kepastian.
 
Untuk menguatkan doa, di kediaman Iriyanto diadakan khataman Alquran. "Bukan untuk apa-apa, acara ini untuk doa saja," ujar M. Alie, Kabaghumas Pemkab Sidoarjo, yang turut datang ke rumah Iriyanto.
 
Hadi Sutjipto mengungkapkan, kedatangan dirinya ke rumah Irianto memang ingin menguatkan keluarga. "Agar mereka tetap semangat, tegar, dan tabah," ujarnya.
 
Sebagai pimpinan, dia tidak tinggal diam saat ada warga yang terkena musibah. Karena itu, dia memberikan dukungan moril sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada warga.
 
Angela Anggi Ranastianis menambahkan, sampai saat ini belum ada kabar soal papanya. Dia hanya mendengar tujuh jenazah telah ditemukan. Tiga di antaranya sudah berhasil dievakuasi. Kemarin di kediaman Widya, tidak tampak televisi yang dinyalakan. Suasana pun hening menyelimuti rumah Iriyanto.
 
Laksda TNI (pur) Yayun Riyanto, tetangga Iriyanto, menuturkan, keluarga pilot senior itu memang diberi saran oleh para tetangga untuk tidak melihat berita di televisi. Tujuannya, mereka tidak terlalu memikirkan informasi yang beragam. "Waktu pertama kejadian kan melihat televisi. Keluarga pun sangat terpukul dan nangis terus," ungkapnya.
 
Sebagai gantinya, tetangga Iriyanto bertugas menemani Widya dan keluarga. Setiap hari, bapak-bapak maupun ibu-ibu perumahan datang ke rumah Iriyanto dua kali dalam sehari. Pagi dan sore. Tujuannya, menghibur Widya dan keluarga.
 
RR Wahyu Budi Subagtyowati, kakak kedua Widya, menyatakan, kondisi adiknya cukup tegar. Bahkan, saat dia datang dari Madiun pada Minggu sore lalu, Widya tampak biasa, bersedia makan dan minum. Dia mengungkapkan, Widya harus kuat demi anak-anaknya. "Anak-anaknya membutuhkan dia," ujarnya.
 
RM Wahyu Budi Purnomo, kakak Widya lainnya, menambahkan, sebelum terbang pada Minggu pagi, Iriyanto sempat guyon dengan dirinya di teras rumah. Selama ini, Iriyanto memang dikenal sebagai pribadi yang humoris dan ramah. Setiap bertemu orang, dia selalu berbincang dengan asyik. Berjumpa dengan tetangga, dia pun senantiasa bercanda. "Sabtu malam Minggu itu (Iriyanto) pamit tidur pukul 20.00," katanya.
 
Iriyanto juga menyatakan ada jadwal terbang pagi. Pukul 04.00, dia berangkat dari rumah menuju Bandara Juanda. Budi baru tahu adik iparnya sudah pergi kerja pukul 04.30 setelah bertanya kepada Widya.

Saat ditemui di rumahnya kemarin, Widya hanya menjawab singkat. "Saya masih berharap suami saya bisa kembali. Tapi, saya sudah pasrah," ujarnya.
 
Widya lalu masuk ke dalam kamar. Meski kondisinya mulai stabil, dia masih butuh pendampingan keluarga. Menurut salah seorang kerabat, Widya menangis ketika ada laki-laki berpakaian putih datang.
 
Kecelakaan yang dialami Iriyanto juga membuat teman kerjanya merasa kehilangan. Salah satunya Hani Darmawan, warga Surabaya. Hani adalah seorang pramugari yang dulu sama- sama bekerja di Merpati bersama Iriyanto.

"Pak Ir orangnya pintar. Dia pemimpin yang baik," ujarnya. Hani menambahkan, Iriyanto adalah pilot yang ramah dan periang.
 
Kabar ditemukannya puing pesawat AirAsia QZ8501 dan jenazah penumpang di dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, juga membuat keluarga Khairunnisa, pramugari AirAsia, pupus harapan. Mereka pasrah dan hanya bisa berdoa agar jasad dara cantik itu segera ditemukan dan bisa dibawa pulang ke Palembang.
 
Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group) melaporkan, suasana haru seketika menyelimuti kediaman Nisa, sapaan akrab Khairunnisa, kala tayangan televisi menginformasikan penemuan mayat para korban dan puing pesawat AirAsia yang jatuh Minggu pagi lalu.
 
Begitu mengetahui kabar terbaru pencarian pesawat itu, mereka berdatangan ke rumah Nisa di Jl Pipa, Kelurahan Pipa Reja, Kecamatan Kemuning. Berkumpul di ruang tamu rumah, tangis mereka pun pecah.

"Astagfirullah, Nisa," ucap seorang perempuan berjilbab yang diketahui bernama Lilis, bibi Khairunnisa, saat melihat tayangan evakuasi mayat korban AirAsia yang terapung.
 
Dia tampak sangat terpukul. Mulutnya tidak berhenti mengucap istigfar. "Kami pasrah. Inilah cobaan dan pasti ada hikmahnya," katanya.
 
Di balik kesedihan itu, terselip sedikit kelegaan dengan telah jelasnya lokasi jatuhnya pesawat dan nasib seluruh penumpang serta kru pesawat. "Kami sekeluarga meminta, apa pun yang terjadi, Nisa harus dibawa pulang ke Palembang. Semoga ada mukjizat dari Allah," ujar Lilis sambil mengusap matanya yang sembap dengan jilbab.
 
Dia mengungkapkan, keluarga besar di Palembang masih menunggu informasi pasti dari orang tua dan dua saudara Nisa yang berada di Bandara Juanda Surabaya. "Pukul 14.50 tadi (kemarin), Cek Ana (ibunda Nisa) menelepon dan memberitahukan bahwa Ikhsan (kakak Nisa) diajak naik pesawat TNI-AU menuju lokasi untuk membantu mengenali jenazah yang telah ditemukan. Mungkin salah satunya Nisa," paparnya.
 
Kesedihan mendalam juga dirasakan Nur Hayati. Perempuan yang dipanggil Wakcik itu tidak kuasa menahan tangis saat Sumatera Ekspres menanyakan kenangan tentang sosok Nisa. "Nisa itu manja. Setiap pulang ke Palembang, pasti memberikan oleh-oleh dan uang. Royal. Sama sepupunya yang kecil-kecil juga sering ngasih uang apalagi saat Lebaran," tuturnya.
 
Dia sempat khawatir ketika Nisa bekerja menjadi pramugari. Karena tekadnya sudah kuat, dirinya hanya bisa menasihati dan berdoa yang terbaik untuk keponakannya itu. "Nisa sempat bilang mau pindah (rolling) ke bagian kantor saja setelah selesai dua tahun kontrak. Dia juga bilang akan melanjutkan kuliah yang sempat terhenti," ungkap Nur.
 
Keluarga besar Nisa terus menggelar yasinan dan berdoa. "Jika memang selamat, itu kehendak Allah SWT. Kami hanya minta jasad Nisa nanti dibawa pulang supaya bisa didoakan secara langsung," ujarnya. (may/hen/mik/sid/ /JPNN/c5/kim)


KABAR kepergian, lalu ditimpa kecelakaan, sudah begitu memilukan keluarga penumpang. Kini pukulan kedua datang, yakni saat orang tersayang kembali


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News