Pagi Menangis di Depan Keluarga Korban, Jelang Sore Pesawat Ditemukan

Pagi Menangis di Depan Keluarga Korban, Jelang Sore Pesawat Ditemukan
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F. Henry Bambang Soelistyo SSos (kiri). Foto: Basarnas

MUSIBAH jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 memunculkan sosok Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya F.H.B. Soelistyo. Pembawaan yang tenang namun tegas saat melayani ratusan media dari dalam negeri membuat Soelistyo berperan besar dalam kesuksesan Basarnas menemukan lokasi jatuhnya pesawat dalam tempo singkat, hanya tiga hari.
 
Memimpin pencarian pesawat AirAsia QZ8501 menyita seluruh energi Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) F.H.B. Soelistyo. Sejak pesawat berpenumpang 155 orang itu dikabarkan hilang kontak Minggu pagi lalu (28/12), Soelistyo, yang menggantikan Letjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin sebagai kepala Basarnas sejak 14 April 2014, merasa seperti pindah rumah.

Pria kelahiran Surabaya 57 tahun lalu itu berada di Kantor Basarnas 24 jam. "Saya setiap malam tidur di kantor. Tidur paling mulai jam 03.00 WIB, jam 05.00 sudah harus bangun lagi," kata dia.
 
Selama di kantor, perwira TNI-AU lulusan Akabri Udara 1982 itu bersama dengan stafnya mengevaluasi kerja yang tengah dilakukan tim SAR di lapangan. Mereka menghitung kemungkinan keberadaan pesawat dengan mempertimbangkan kondisi laut tiap hari. Karena kesibukan itu, tak jarang pula dia lupa mandi dan makan.

"Saya kan punya tanggung jawab ya, menyampaikan pada kalian, mempertanggungjawabkan apa yang kami lakukan pada pihak keluarga dan masyarakat. Jadi, tentu harus dilakukan maksimal," tutur mantan Dirjen Renhan Kemenhan tersebut.    
 
Dia mengatakan, ada masanya kejenuhan dan kebingungan mendatanginya. Saat itu tiba, dia hanya bisa termenung. Dia pun memilih duduk sendiri dan memejamkan mata sembari memanjatkan doa.

"Berharap dapat segera mendapat jalan keluar atas apa yang sedang saya dan tim kerjakan," ungkap pria yang menempuh pendidikan SMA di SMAN Argomulyo, Jogjakarta, dan S-1 di Universitas Merdeka Madiun itu.
 
Dalam tiga hari terakhir pencarian pesawat AirAsia QZ8501, dia mengaku begitu melankolis. Kesedihan muncul karena belum ada temuan yang mengarah pada keberadaan pesawat AirAsia atau penumpangnya. Puncaknya saat dia melakukan telekonferensi dengan keluarga para penumpang pesawat rute Surabaya-Singapura itu. Tangis Soelistyo pecah.

"Keluarga memiliki harapan besar dan kami belum bisa memenuhinya," kata suami Ratih Setyaningsih tersebut.
 
Namun, kelegaan mulai muncul saat tim SAR di lapangan mulai melaporkan temuan-temuan. Mulai puing hingga emergency exit yang diduga kuat milik pesawat AirAsia yang hilang kontak Minggu lalu tersebut. Temuan itu pun menjawab keyakinannya sejak pagi.

"Gak tahu kenapa, ada keyakinan tersendiri yang gak bisa saya jelaskan. Saya yakin hari ini. Dan Tuhan tunjukkan jalan. Meski, hasilnya tidak sesuai dengan harapan (karena korban meninggal). Itu kuasa Gusti Allah," urai ayah dua anak tersebut.
 
Soelistyo menuturkan, keberhasilan pencarian dalam waktu singkat itu dicapai bukan karena kerjanya seorang diri. Dia menyatakan, hasil itu diperoleh berkat kerja seluruh tim SAR yang luar biasa dan didukung sistem yang maksimal. "Ini kerja kami semua. Bukan hanya saya," tegasnya. (mia/c11/kim)
 
Tentang F. Henry Bambang Soelistyo

 
Lahir: Surabaya, 1957
Pendidikan:
- SMA Negeri Argomulyo, Jogjakarta
- S-1 Universitas Merdeka Madiun
- Sekkau, Seskoau, Sesko TNI, Lemhannas DSC/DSSC, Sekbang Angkatan ke-28, Air Refueling Course A-4 Sky Hawk, Combat Survival Course, Sekolah Instruktur Penerbang, serta Defence Strategic and Studies Course
 
Prestasi:
- Penerbang pesawat tempur Hawk MK-53
- Leader tim aerobatic Jupiter pada 1997
- Anggota Kontingen Garuda XIV/Bosnia-Herzegovina (1993-1994)

 

MUSIBAH jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 memunculkan sosok Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya F.H.B. Soelistyo. Pembawaan yang tenang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News