Meida Octarina: Indonesia Terancam Kehilangan Generasi Emas

Meida Octarina: Indonesia Terancam Kehilangan Generasi Emas
Makanan cepat saji. Foto : Ilustrasi Natalia Laurens/JPNN

“Karena memang 60-70 persen dari kandungan kental manis adalah gula atau kalori kosong istilahnya. Asupan gula yang terlalu tinggi akan menghalangi masuknya Vitamin C yang berfungsi untuk meningkatkan munitas ke dalam sel.

“Akibatnya meningkatkan mikroba negatif dan menurunkan mikroba positif sehingga akan melemahkan kerja sel darah putih dalam fagositosis,” jelas Maida.

Selain itu, produk kental manis juga hanya mengandung sangat sedikit protein. Padahal, protein adalah nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak. Asupan protein yang cukup juga dapat mencegah gizi buruk dan stunting pada anak.

Pemerintah sendiri saat ini mengharapkan penurunan stunting pada balita itu menjadi 14 persen tahun 2024 mendatang. “Nah, ini kalau pemerintah saja yang menjalankan tidak mungkin bisa. Jadi harus dibantu oleh semua lapisan masyarakat,” ujarnya.

Meida mengutarakan upaya penanggulangan stunting terintegrasi pada 5 pilar, yaitu komitmen dan visi kepemimpinan, kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, konvergensi program, pusat, daerah dan desa, ketahanan pangan dan gizi, serta pemantauan dan evaluasi.

Intervensi yang dilakukan Kemenkes dalam upaya menurunkan angka stunting ini adalah promosi konseling menyusui dan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).

Salah satunya tidak boleh SKM sebagai makanan bayi, memberikan suplementasi gizi, kapsul Vitamin A, makanan tambahan balita dan ibu hamil.

Harus melakukan pemantauan tumbuh kembang balita, tatalaksana gizi buruk dan imunisasi.

Generasi milenial identik dengan kelompok penyuka makanan cepat saji yang tinggi gula, garam, dan lemak, serta makanan rendah serat, vitamin dan mineral yang mengandung bahan tambahan pangan (PTP) berlebih.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News