Melihat Aktivitas Eks PSK dan Muncikari setelah Lokalisasi Lenyap

Garap Proyek Pemkot dan Kirim Produk ke Supermarket

Melihat Aktivitas Eks PSK dan Muncikari setelah Lokalisasi Lenyap
ENTREPRENEUR: Anton (kanan) bersama eks mucikari dan PSK seusai penyerahan peralatan masak awal Oktober lalu. (Thoriq/Jawa Pos)

Guyonan lain pun muncul. Mereka saling menimpali sehingga suasana sore itu benar-benar gayeng. Ketidaksabaran untuk menunjukkan karyanya kepada masyarakat mulai terlihat. Misalnya, saat mereka melihat gambar sampel menu makanan yang diminta.

Di gambar itu, tampil menu nasi goreng, telur dadar, kering tempe, perkedel, dan mentimun. Bagi Ani, membuat menu seperti itu sangat mudah. Mereka yakin bisa lebih baik daripada menu yang ada di gambar tersebut. ’’Harga kami juga bisa lebih murah,’’ ucapnya.

Memang, keterampilan mereka sudah diuji pegawai di lingkungan dinas sosial. Salah satunya, sambal mereka dibandingkan dengan sambal restoran. Dua sambal itu diletakkan di piring yang sama tanpa tanda dari restoran dan buatan warga. Lima pegawai diminta mencoba. Kemudian, mereka memberi nilai di masing-masing piring tersebut.

Lalu, pegawai diminta mencicipi dan menilai. Sambal dari restoran mendapat total rata-rata nilai 80. Sambal buatan mereka dinilai rata-rata 78. Hanya terpaut dua angka. Kenyataan itu yang membangun mental mereka. ’’Produk kami tidak kalah. Kami yakin bisa memberikan yang terbaik,’’ ujar Ani.

Mereka menggarap proyek lansia untuk Kelurahan Krembangan. Sistem kerjanya, 25 eks PSK dan muncikari tersebut terbagi lima kelompok. Setiap kelompok diberi kesempatan seminggu. Setelah itu, mereka digantikan kelompok lainnya. Setelah semua merasakan garapan pemkot tersebut, dilakukan penilaian.

Harapannya, terjadi persaingan hasil produk di antara mereka. Mereka harus membuat menu yang menarik, lezat, dan tidak membosankan. Bagi mereka, sistem itu tidak sulit. ’’Kami sudah berlatih. Tinggal membuktikan,’’ ujar Reti, anggota kelompok lainnya.

Kinerja mereka mulai berlangsung awal Oktober lalu. Ani dan empat orang lainnya masuk kelompok pertama. Mereka menggunakan manajemen yang pernah diterima saat dibina tim dari Universitas Ciputra.

Mereka mulai menyusun menu selama seminggu. Tersusunnya menu bisa menentukan bahan yang harus dibelanjakan. Termasuk estimasi anggaran yang akan dikeluarkan. Untuk setiap menu, harganya Rp 10 ribu. ’”Semua harus tepat,’’’ ujar Ani.

Lepas dari masa kelam, menjemput harapan baru. Ungkapan itu yang selayaknya dilekatkan kepada 25 eks PSK dan mucikari Dupak Bangunsari. Mereka mulai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News