Melihat Aktivitas Eks PSK dan Muncikari setelah Lokalisasi Lenyap

Garap Proyek Pemkot dan Kirim Produk ke Supermarket

Melihat Aktivitas Eks PSK dan Muncikari setelah Lokalisasi Lenyap
ENTREPRENEUR: Anton (kanan) bersama eks mucikari dan PSK seusai penyerahan peralatan masak awal Oktober lalu. (Thoriq/Jawa Pos)

Artinya, belanja bahan tidak boleh berlebih sehingga banyak yang terbuang. Hal tersebut tidak sesuai dengan proses produksi yang ideal. Lalu, menu yang disajikan harus sesuai dengan keinginan pelanggan. Penilaian itu didasari pengalaman mereka bahwa pelanggan adalah segalanya.

Ketika pelanggan tidak puas dengan produk, prospek ke depan suram. Ani dan kawan-kawan pun berpikir demikian. Karena itu, semua produk buatan mereka selalu berorientasi pelanggan.

Dalam hal itu, pelanggan berusia di atas 50 tahun. Berarti rasa tidak boleh terlalu pedas. Lalu, lauk yang disajikan harus empuk alias tidak boleh alot karena tidak disukai mereka. ’’Semua harus dipikirkan detail,’’ paparnya.

Segala sesuatu sangat diperhitungkan. Mereka sudah bisa memperhitungkan laba yang didapat ketika mengerjakan proyek tersebut selama sepekan. Pola pikir bisnis sangat ditekankan. Mereka berusaha mengambil laba sekitar 15 persen agar nanti bisa repeatproduksi.

Namun, ada kendala saat pengerjaan proyek itu. Kelompok tersebut tidak memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP). Akibatnya, mereka terkena potongan pajak 3 persen atau Rp 300. ’’Kalau kami punya NPWP, potongannya hanya 1,5 persen,’’ ungkap Ani.

Pola pikir yang dimiliki eks PSK dan muncikari itu muncul setelah satu bulan mengikuti pelatihan dari Universitas Ciputra. Pelatihan yang diberikan berkonsep beda. Biasanya, pelatihan dan pembinaan bersifat formal. Mereka duduk, mendapat materi dengan durasi satu jam. Lalu, mereka kembali ke rumah masing-masing.

Kali ini Universitas Ciputra menerapkan konsep totalitas. Awalnya, masing-masing eks PSK dan mucikari itu diberi Rp 50 ribu. Mereka diajak ke Pasar Atom. Mereka diberi kebebasan untuk membeli apa pun sesuai keinginan. ’’Di situ, bisa dilihat keinginan mereka,’’ ujar Antonius Tanan, presiden Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC).

Ternyata, sebagian besar membeli peralatan memasak. Ada yang memilih serok, wajan, baskom, dan beberapa peralatan lainnya. Di situlah, tim dari UCEC memulai konsep selanjutnya.

Lepas dari masa kelam, menjemput harapan baru. Ungkapan itu yang selayaknya dilekatkan kepada 25 eks PSK dan mucikari Dupak Bangunsari. Mereka mulai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News