Melihat Barifola, Gerakan Gotong Royong Membangun Rumah ala Masyarakat Tidore

Dalam Enam Hari, Rumah Tipe 36 Kukuh Berdiri

Melihat Barifola, Gerakan Gotong Royong Membangun Rumah ala Masyarakat Tidore
SOLIDARITAS: Masyarakat relawan IKT berfoto bersama di depan rumah Hawa Sri yang baru selesai dibangun. Melalui gerakan barifola, pemilik rumah tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun. Foto: Diar Candra/Jawa Pos

’’Masyarakat Tidore memang kental dengan budaya Islam sehingga semua aktivitas sosial bermula dari masjid,’’ ucap Haji Bur yang juga wali kota Ternate.

Jika sudah ditentukan kapan barifola dilakukan, pada waktu yang disepakati, warga sedesa akan keluar rumah dan membawa bantuan untuk pembangunan rumah itu. Para pria bekerja membangun rumah, sedangkan kaum perempuan memasak untuk kebutuhan makan warga yang bekerja.

Khusus di Ternate, barifola semakin aktif sejak 2008, seiring penunjukan Haji Bur sebagai ketua IKT. Meski berasal dari Tidore, gerakan tersebut tidak dikhususkan untuk masyarakat di wilayah itu. Dalam perkembangannya, barifola juga menyasar rumah-rumah warga tidak mampu di daerah-daerah lain di seluruh penjuru Maluku Utara. Di antaranya, Ternate, Halmahera, Obi, dan Bacan.

Pada era kepemimpinan Haji Bur di IKT, barifola total sudah me-make over 141 rumah reyot menjadi layak huni. Rumah yang semula berdinding papan atau anyaman bambu (gedek) ’’disulap’’ menjadi lebih permanen dengan dinding batako serta atap seng.

Upacara penyerahan rumah milik Hawa Sri diliputi rasa haru tuan rumah. Begitu secara resmi diserahkan, nenek Sri bagaikan tidak kuat menahan haru. Dia langsung memeluk Haji Bur dan menangis sesenggukan. Sugiarto, putra bungsu di antara delapan anak Sri, juga tampak terharu melihat rumah ibunya jadi bersih.

Sugiarto yang sehari-hari menjadi tukang ojek itu menyatakan tidak punya cukup dana untuk merehab rumah ibunya. Penghasilan sebagai tukang ojek hanya cukup untuk makan sehari-hari keluarganya. Tujuh saudara Sugiarto tinggal di luar Ternate dengan kondisi yang tidak jauh berbeda.

’’Selama pengerjaan barifola ini, ibu saya betul-betul tidak mengeluarkan tenaga atau uang sedikit pun. Tiba-tiba saja datang pasir, semen, dan batako di depan rumah. Saya dan ibu awalnya tidak percaya. Tapi, subhanallah, semua selesai dengan cepat,’’ tuturnya.

Sugiarto menghitung, pengerjaan rumahnya dari yang semula berdinding papan serta beratap rumbia hanya berlangsung enam hari. Ke-40 mujahid barifola, sebutan relawan barifola, bekerja dengan cepat. Seperti sudah hafal di luar kepala, semua bekerja dengan cekatan menyelesaikan bangunan berukuran 9 x 6 meter itu.

Dengan barifola, ratusan rumah reyot di penjuru Maluku Utara disulap menjadi rumah layak huni. Tradisi gotong royong khas masyarakat Tidore itu tidak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News