Melihat Barifola, Gerakan Gotong Royong Membangun Rumah ala Masyarakat Tidore

Dalam Enam Hari, Rumah Tipe 36 Kukuh Berdiri

Melihat Barifola, Gerakan Gotong Royong Membangun Rumah ala Masyarakat Tidore
SOLIDARITAS: Masyarakat relawan IKT berfoto bersama di depan rumah Hawa Sri yang baru selesai dibangun. Melalui gerakan barifola, pemilik rumah tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun. Foto: Diar Candra/Jawa Pos

Tidak hanya kembali membangun rumah, barifola melengkapi dengan perabot rumah yang lebih layak dan belum ada. Misalnya, sofa, kasur, sampai jaringan listrik.

Sekretaris IKT Malut Sutopo Abdullah membeberkan, ketika Haji Bur menjadi ketua IKT Malut periode 2007–2011, dirinya dan Haji Bur berdiskusi soal program kerja. Ketika itu, tercetus ide membuat koperasi. Namun, koperasi tersebut tidak berumur panjang. Koperasi simpan pinjam IKT yang dimaksud untuk membantu masyarakat kurang mampu tidak berjalan lancar. Boro-boro mau menyimpan dananya, banyak warga yang meminjam uang, tapi lupa mengembalikan.

Kemudian, pada 2008, tercetuslah ide barifola setelah koperasi IKT tutup. Gerakan itu diawali dengan calamoi, gerakan mengumpulkan uang seribuan warga Tidore. Bila anggota IKT Malut berjumlah 4.000 orang, dalam sebulan bisa terkumpul Rp 4 juta.

’’Tapi, respons anggota IKT luar biasa. Kebanyakan menyumbang lebih dari yang kami perkirakan. Karena itu, saat Haji Bur memulai barifola pada 2008, dana yang terkumpul Rp 40 juta–Rp 60 juta untuk satu rumah,’’ jelas Topo, sapaan Sutopo Abdullah.

Barifola edisi pertama sampai keenam difokuskan untuk saudara-saudara mereka asal Pulau Tidore saja. Namun, pada barifola selanjutnya, yakni ketujuh sampai ke-141 yang dilakukan Sabtu (18/10), IKT Malut tidak lagi memandang suku atau agama. Mulai orang Bugis, Jawa, Kalimantan, Morotai, sampai Halmahera yang beragama Islam, Kristen, Hindu, maupun Buddha, semua mendapat perlakuan sama.

IKT Malut punya tim untuk menyurvei rumah yang akan digarap. Namun, syarat utama untuk mendapat bantuan rehab IKT adalah status tanah rumah tersebut tidak dalam sengketa.

’’Ibaratnya, rumah reyot saja menjadi rebutan. Bagaimana kalau sudah dibangun permanen dan bagus? Makanya, barifola sangat selektif dalam memilih rumah,’’ tutur Topo.

Tim penilai kelayakan di internal IKT dipimpin Haji Bur. Melalui musyawarah di level elite IKT, ditentukanlah siapa sasaran barifola selanjutnya.

Dengan barifola, ratusan rumah reyot di penjuru Maluku Utara disulap menjadi rumah layak huni. Tradisi gotong royong khas masyarakat Tidore itu tidak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News