Membedah Dampak Negatif Jika Tarif Ojek Online Naik

’’Pendapatan mereka naik dua kali lipat setelah bergabung. Bayangkan kalau tarif naik dan pendapatan mereka turun,” tambah Fithra.
Di samping itu, mayoritas pengguna ojek online adalah masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
Jika kenaikan tarif ojek online tinggi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan terpengaruh.
Mantan Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Zumrotin K. Susilo menambahkan, harga merupakan pertimbangan konsumen setelah keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.
’’Menurut saya, kenaikan yang ideal adalah 20 persen, win-win solution untuk pengemudi dan konsumen,’’ ujar Zumrotin.
Di sisi lain, hasil riset yang dilakukan lembaga Research Institute for Socio-Economic Development (RISED) menunjukkan permintaan konsumen akan turun drastis jika ada kenaikan tarif.
Ketua Tim Peneliti RISED Rumayya Batubara menjelaskan, hal itu terjadi lantaran konsumen ojek online sangat sensitif terhadap peningkatan tarif.
”Kenaikan tarif ojek online berpotensi menurunkan permintaan konsumen hingga 71,12 persen,” ujar Rumayya.
jika tarif ojek online yang sekarang berada di kisaran Rp 2.200 per kilometer naik menjadi Rp 3.100 per kilometer seperti permintaan driver, produk domestik bruto (PDB) akan berkurang hingga 0,3 persen.
- Ekonom Respons soal Wacana Ojol jadi Karyawan Tetap
- Ekonom Ini Menilai Komisi Ojol tak Perlu Diatur Pemerintah
- Bantu Mitra Pengemudi dan Merchant, Grab Menghadirkan Solusi Berbasis AgenticAI
- Gandeng OVO & Grab, YIPB Luncurkan Program Uji Coba MBG di Sekolah Khusus se-Tangerang Raya
- Kurir Pengirim Paket Kepala Babi ke Kantor Tempo Diperiksa Polisi, Begini Hasilnya
- Grab Indonesia Klarifikasi soal Pemberian BHR Rp 50 Ribu ke Mitra Pengemudi