Membedah Kekuatan Adidaya Ulama

 Membedah Kekuatan Adidaya Ulama
Direktur Strategi dan Analis Data Lembaga Analisis Politik Indonesia (L-API), Fadlin Guru Don. Foto: Ist for JPNN.com

Ulama yang baik adalah ulama yang merasa takut dan mengatakan innalillahi wainna ilaihi rajiun saat diberi amanah, bukan ulama yang suka mengucapkan alhamdulillah. Penolakan Ustadz Abdul Somad adalah bentuk ketakutanya kepada Allah azza wa jalla, karena orang yang takut berbuat tidak baik karena Allah maka sudah pasti ia akan ditolong olehNya.

Sikap penolakan UAS atas penunjukkan dirinya sebagai Cawapres, tidak sedikit dari pihak lawan merasa bersyukur karena menurut mereka UAS adalah ancaman besar. Penulis yakin bahwa dibalik sikap rendah dirinya UAS, sesungguhnya ia sedang meminta petunjuk. Ditambah lagi dengan bekingan dan dukungan spirit dari ratusan ulama yang ada di belakangnya termasuk Imam Besar Habib Rizieq Shihab, akan mematangkan UAS dalam menerima daulat umat untuk menjadi Calon Presiden Prabowo Subianto.

Reaksi dari kubu Jokowi tidak menjadi hal yang tersembunyi, mereka sedang bekerja keras untuk untuk terus beropini bahwa UAS tidak punya kapasitas untuk menjadi pemimpin. Wacana UAS tidak memahami politik dan pemerintahan terus digulirkan, dengan harapan UAS menolak keputusan ijmak ulama. Tapi mereka lupa bahwa didalam Al-Quran telah mengatur segala hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia dimuka bumi ini, termasuk mengatur soal politik dan pemerintahan.

Argumentasi kubu Jokowi, menurut penulis semakin memperlihatkan kelemahanya. Mereka kurang cermat memahami reaksi dan gejolak rakyat diluar sana. Mereka terlalu meremehkan hastag 2019 ganti presiden, termasuk Presiden Jokowi terlihat takut dengan merespon dan berargumen “masa kaus bisa ganti presiden, yang bisa ganti presiden kan rakyat".

Gaya Jokowi yang terlihat kuat dengan intonasi nada yang sangat kencang itu, rasanya jokowi lebih gelisah atas ucapannya sendiri. Karena sadar atau tidak sadar bahwa yang memakai kaos hastag 2019 ganti presiden itu adalah rakyat juga. Pertanyaannya, siapakah yang lebih takut di pilpres nanti? Tentu jawabannya adalah Sang Petahana.

Petahana harus memang takut, karena bila UAS menerima mandat dari ulama dan umat, maka akan sangat membahayakan. Semua ulama seantero nusantara akan bersuara kencang untuk memenangkan pasangan Prabowo-UAS. Di sampig mimbar-mimbar masjid, ulama juga akan menggelar pertemuan besar-besaran demi mendaulat dukungan mereka kepada koalisi Umat. Ulama tidak akan berhenti untuk meneguhkan hati umat Islam sampai umat Islam sadar bahwa presiden dan wakil presiden dari pasangan “nasionalis-ulama” adalah lebih baik dari presiden Jokowi

Kekuatan ulama tersebut dapat diprediksi akan menjadi kekuatan adidaya yang super power yang akan menumbangkan rezim Jokowi. Kekuatan maha dahsyat yang tidak bisa dibendung oleh sekutu apapun sekalipun sekutu itu adalah negara adidaya diluar sana. Percaya atau tidak, sejarah akan membuktikanya. Wallahu A'lam Bishawab.


Desain politik sudah terbangun, pembentukan koalisi hampir selesai, lalu apa yang harus ditunggu oleh rakyat?


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News