Membedah Potensi Untung dan Rugi dari Pelemahan Rupiah
Tujuannya adalah menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan potensi "ekonomi yang terlalu panas" (overheating).
Sebab, kebijakan fiskal menjadi stimulan melalui pemangkasan tarif pajak dan peningkatan belanja negara.
Dua hari kemudian, tepatnya 1 Maret 2018, Powell menyampaikan The Fed belum ada bukti menunjukkan AS mengalami overheating.
“Pernyataan-pernyataan Powell membuat pasar keuangan menebak-nebak. Apakah The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak lebih dari tiga kali demi mengatasi overheating ekonomi AS? Atau penaikan hanya tiga kali seperti perkiraan semula? Semua baru akan diputuskan dalam Federal Open Market Committe (FOMC) pada 20-21 Maret waktu AS,” kata Founder Indosterling Capital William Henley, Senin (12/3).
Dia menambahkan, pada era globalisasi, perekonomian antarnegara semakin terkoneksi satu sama lain.
Kemajuan teknologi, tidak terkecuali teknologi informasi, membuat perubahan sekecil apa pun di sebuah negara bisa berdampak besar.
Hal ini termasuk situasi di AS yang juga memengaruhi kondisi di Indonesia. Nilai USD yang begitu kuat telah terlihat pada pelemahan nilai rupiah.
Menurut William, banyak dampak yang telah dan akan dirasakan seiring melemahnya rupiah.
Perekonomian Indonesia mengalami guncangan seiring pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat atau USD sejak pekan pertama Februari 2018.
- Terdampak The Fed, Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat
- Bea Cukai Dorong Ekspor UMKM Lewat Kolaborasi dengan Pemda
- Bea Cukai Optimalkan Pelayanan & Pengawasan KITE di Banten Lewat Aplikasi SIAP KABAN
- Ekonom Indef Mewanti-wanti Stabilisasi Kurs Rupiah, Ada Apa?
- Lewat Sinergi dan Asistensi, Bea Cukai Dorong Potensi UMKM di Berbagai Daerah
- Merosot Lagi, Rupiah Tembus Rp 16.088 Per USD