Membedah Potensi Untung dan Rugi dari Pelemahan Rupiah

Membedah Potensi Untung dan Rugi dari Pelemahan Rupiah
Ilustrasi rupiah dan dolar. Foto: JPNN

“Mulai aliran modal asing yang hengkang dari Indonesia, pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri pemerintah dan perusahaan semakin besar, serta kenaikan harga bahan bakar minyak nonsubsidi yang sudah dieksekusi PT Pertamina (Persero),” tambah William.

Dengan semakin situasi yang makin borderless seperti sekarang, tentunya pelemahan rupiah ini akan sangat berpengaruh terhadap ekspor maupun impor dalam negeri.

Dari sisi ekspor, melemahnya rupiah akan membuat nilai ekspor meningkat. Kenaikan dapat terjadi pada sektor-sektor tertentu seperti tekstil dan produk tekstil, komoditas (batu bara, minyak kelapa sawit mentah, karet), dan lain-lain.

“Namun, patut dicatat pula tidak semua produk ekspor Indonesia murni berbahan baku lokal. Sejumlah industri seperti tekstil dan produk tekstil menggunakan bahan impor seperti bahan kimia. Maka, alih-alih memperoleh untung, sebagian industri dalam negeri justru berpotensi buntung,” kata William.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu kembali mempercepat program hilirisasi. Tujuannya agar ketergantungan terhadap bahan baku impor semakin minim.

Sebab, sudah jadi pengetahuan bersama, banyak produk Indonesia di sektor agro maupun nonagro yang diekspor dalam keadaan mentah.

“Produk-produk ini kemudian diolah di negara-negara tertentu menjadi produk semijadi, lalu kemudian diimpor ke Indonesia sebagai bahan baku/bahan penolong,” tutur William.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari 2018, nilai impor semua golongan penggunaan barang, termasuk bahan baku/bahan penolong mencapai USD 11,29 miliar.

Perekonomian Indonesia mengalami guncangan seiring pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat atau USD sejak pekan pertama Februari 2018.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News