Mendung Tebal

Oleh: Dahlan Iskan

Mendung Tebal
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Rajapaksa punya maksud yang sama dengan Trump: agar investor berbondong-bondong ke Sri Lanka. Yang datang justru Covid-19. Dua bulan setelah keputusan itu Covid masuk Sri Lanka.

Maka dengan cadangan devisa negara yang tinggal 50 juta dolar, tidak mungkin Sri Lanka bisa impor BBM. Apalagi, negara itu sudah tidak bisa lagi cari pinjaman baru.

Harapannya tinggal berutang berdasar belas kasihan. India tersentuh oleh nasib tetangga dekatnya itu. India sanggup meminjami USD 1,2 miliar. Namun, dalam bentuk bahan.

Tiongkok juga sanggup meminjami USD 1 miliar. Bentuknya juga bahan-bahan, termasuk bahan makanan.

Bank Dunia hanya menyanggupi 500 juta. IMF masih membicarakannya. Amerika belum keluar suara: berapa. G7 baru di tahap mulai bersimpati. Belum berani mengeluarkan angka.

Itu belum cukup. Sri Lanka perlu uang setidaknya USD 5 miliar untuk bisa keluar dari kebangkrutan. Belum ada gambaran nyata dari mana bisa dapat dana sebanyak itu.

Yang sudah terpikir: menjual perusahaan negara Sri Lankan Airlines. Tidak seberapa tetapi apa hendak dikata.

Maka kini di Sri Lanka tidak ada guna lagi punya mobil. Tidak bisa dipakai. Tidak ada lagi yang jualan bensin untuk mereka.

Melihat kecilnya cadangan devisa Sri Lanka itu, tiba-tiba kita menjadi seperti negara kaya. Cadangan devisa kita mendekati USD 160 miliar. Bukan juta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News