Mengapa Harus Ada Perebutan Peringkat Ketiga di Piala Dunia?

Mengapa Harus Ada Perebutan Peringkat Ketiga di Piala Dunia?
Duel Achraf Hakimi (kiri) dan Luka Modric saat Maroko ketemu Kroasia di Grup F Piala Dunia 2022, 23 November. Foto: Amr Abdallah Dalsh/Reuters

“Biasanya, perebutan tempat ketiga memberikan catatan kaki belaka, atau paling tidak untuk memutuskan siapa yang lebih baik dari dua semifinalis yang dikalahkan oleh dua tim terakhir yang tersisa di turnamen," kata seorang peneliti ekonomi budaya dan politik sepak bola di Universitas Solent, Southampton, David Webber.

"Paling tidak, penebusan. Kesempatan untuk merayakan pencapaian mencapai Top 4," imbuh Webber.

Faktanya, enam dari tujuh pertandingan medali perunggu sejak 1994, selalu lahir tiga gol atau lebih.

Perunggu Piala Dunia sejak 1994:

  • USA 1994: Swedia 4-0 Bulgaria
  • France 1998: Kroasia 2-1 Belanda
  • South Korea-Japan 2022: Turki 3-2 Korea Selatan
  • Germany 2006: Jerman 3-1 Portugal
  • South Africa 2010: Jerman 3-2 Uruguay
  • Brasil 2014: Belanda 3-0 Brasil
  • Rusia 2018: Belgia 2-0 Inggris
  • Qatar 2022: Kroasia vs Maroko

Menghibur bukan? Tidak ada ruginya menyaksikan pertemuan tim pesakitan di semifinal.

Terbukti, mereka masih mau menyerang lawan demi perunggu.

Gagasan medali perunggu itu sendiri datang dari olimpiade.

"Piala Dunia sangat dipengaruhi oleh olimpiade yang ideologinya selalu ada emas, perak, dan perunggu,” kata akademisi bisnis olahraga di Universitas Manchester, Paul Widdop.

Perebutan tempat ketiga Piala Dunia adalah permainan yang sebenarnya tidak ingin dimainkan oleh tim mana pun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News