Mengenal Gulat Okol Khas Surabaya

Mengenal Gulat Okol Khas Surabaya
Dua peserta sedang melakukan gulat okol. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Gulat okol merupakan tradisi masyarakat Sambikerep yang sudah lebih dari seratus tahun. Warisan leluhur yang masih dilangsungkan berbarengan dengan acara sedekah bumi. Selain Kampung Bungkal, okol dilaksanakan warga Kampung Sawo dan Kampung Made. Semua boleh ikut. Bocah atau yang sudah tua. Peserta juga tidak terbatas warga Surabaya. Daerah tetangga seperti Sidoarjo, Gresik, dan Bojonegoro boleh ikut.

Peserta yang ikut tidak memakai baju dan hanya ada selendang merah yang diikat di antara dada dan perutnya serta kain batik yang diikatkan di kepala peserta. Selendang merah tersebut diikat untuk jadi pegangan dalam membanting. Sementara itu, ikat kepala hanya sebagai kebesaran dan kegagahan. ''Peserta yang jatuh atau terlepas ikat kepalanya juga dianggap kalah,'' ujar Eko, salah satu peserta yang baru saja menerima kaus hasil kemenangannya.

Aturannya sederhana. Dua peserta naik ke panggung, lalu berusaha saling membanting. Ada dua babak. Durasi satu babak suka-suka. Bisa lima menit. Bisa juga empat kali lipatnya. Jika ada yang jatuh, babak berakhir. Mereka yang berhasil membanting lawannya di dua babak itu jadi pemenang. Namun, kalau masing-masing menang satu babak, dinyatakan seri. Dua peserta sama-sama kalah. Tidak ada babak tambahan atau tanding ulang.

Camat Sambikerep Agus Setyoko mengapresiasi warisan budaya leluhur tersebut yang hingga kini masih terawat. Dia mengakui, permainan atau olahraga tradisional itu sangat akrab di tengah masyarakat Sambikerep dan mulai diikuti kampung-kampung lainnya.

Pihaknya pun sudah mewacanakan untuk mengusulkan tradisi gulat okol menjadi salah satu ikon wisata budaya di Sambikerep dan Surabaya pada umumnya. ''Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya sudah tahu tentang wacana itu,'' jelas Agus. ''Hanya, mengenai teknis dan apa yang perlu dipersiapkan untuk sampai ke sana, perlu ada omongan lagi dengan dinas,'' lanjutnya. (his/c15/any)

Peserta yang ikut tidak memakai baju dan hanya ada selendang merah yang diikat di antara dada dan perutnya serta kain batik yang diikatkan di kepala


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News