Mengenang Bertemu Gus Dur dan Guru Ijai, Mengharukan...

Mengenang Bertemu Gus Dur dan Guru Ijai, Mengharukan...
Prof MP Lambut menunjukkan fotonya bersama Raden Roro Franzisca Moeprspti. Foto: Syarafuddin/Radar Banjarmasin/JPNN.com

Ia menyebut nama-nama saudagar dan dermawan asli Banjar tempo dulu. Setelah mereka almarhum, tak ada penggantinya, orang Banjar kian terpinggirkan.

"Kecil di perantauan tidak aneh. Tapi kecil di kampung kelahiran rasanya menyedihkan," tukasnya.

Mengenai Islam, ia terkagum-kagum dengan ajaran surga di bawah telapak kaki ibu. “Padahal Islam lahir di zaman jahiliyah yang sangat merendahkan perempuan. Luar biasa," akunya.

Salah seorang mahasiswa Paul adalah Helman Ari Gellyrian, penyiar radio swasta. Selama kuliah di Uniska, Helman menyebut Paul tak pernah canggung atau berjarak meski mengajar di kampus Islam.

"Ciri khasnya kemana-mana pakai topi pet. Mahasiswa rasa-rasanya tidak percaya beliau itu tokoh Kristen," ujarnya.

Pengakuan juga datang dari Kesultanan Banjar. Paul dianugerahi gelar Datu Cendekia Hikmadiraja pada tahun 2011.

Atas jasa mencerahkan pikiran masyarakat, keraton dan kebudayaan Banjar. Piagam itu ia pajang di samping foto keluarganya. (fud)

Dipanggil ke Martapura, Banjarmasin, Sulsel, pada Mei 2006. Di situ ia bertemu Gus Dur dan Abah Guru Sekumpul. Itulah momen paling menggetarkan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News