Meninggal saat jadi Imam, 2 Hari Lalu Sangat Wangi

Meninggal saat jadi Imam, 2 Hari Lalu Sangat Wangi
Mahmudah, anak bungsu Jamhuri, di rumah duka, Loa Janan Ilir, Samarinda, kemarin. Foto: ELLY KARTIKA SARI/KALTIM POST/JPNN.com

Anaknya juga tidak dituntut amalan yang macam-macam selain anjuran untuk selalu menunaikan salat lima waktu. Selama membesarkan anaknya, dia menerapkan pola asuh demokratis.

Menjadikan anak sebagai teman, pendapat anak didengar, bila tidak sesuai dibantah dengan tegas namun tidak kasar.

“Selalu memanjakan kami. Meskipun kami sudah berkeluarga, apapun yang kami inginkan selalu dipenuhi,” beber Mahmudah.

Keakraban yang terbiasa tersebut tidak membuat anaknya melihat ada tanda-tanda bahwa ayah akan pergi selamanya. Tidak ada pesan khusus, perilaku aneh, dan lainnya.

“Cuma abah sebelumnya tidak pernah memakai parfum, tetapi dua hari yang lalu sangat wangi. Sampai saya tegur, beliau hanya tertawa, katanya memang harus wangi,” kenang Mudah – sapaan akrabnya -- dengan mata berkaca-kaca.

Di kehidupan sosial, Jamhuri tidak menutup diri. Dia dikenal ramah dan tidak memiliki musuh. Keseharian dihabiskan untuk mengurus masjid, dipanggil untuk membacakan doa ketika acara keagamaan umat Islam.

“Bila diceritakan di belakang juga tidak repot tetap baik seperti tidak ada masalah,” tambah dia.

Berbeda dengan Mahmudah dengan mata sembapnya, Rukiyah istri almarhum terlihat tampak tegar. Hanya dia satu-satunya yang tidak meneteskan air mata melihat suaminya meninggalkan dirinya lebih dulu.

Jamhuri, Imam Masjid Baitut Tharah, Loa Janan Ilir, Samarinda, Kaltim, mengembuskan napas terakhir saat menjadi imam salat Jumat, kemarin (6/1).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News