Meninjau Layanan Pendidikan Anak-Anak WNI di Filipina (2-Habis)

Dirikan SMP Terbuka agar Siswa Tahu Nenek Moyang

Meninjau Layanan Pendidikan Anak-Anak WNI di Filipina (2-Habis)
Daini Wirasti (berkerudung) mengajari bahasa Indonesia pada anak WNI di Tupi, Mindanao Selatan, Filipina. Foto: M Hilmi Setiawan/Jawa Pos
Sebelum diresmikan, sekolah tersebut beroperasi sekitar dua bulan. Menurut Konjen RI di Davao Eko Hartono, SMP Terbuka Tupi melayani pendidikan bagi anak-anak WNI yang kurang mampu. Sementara itu, SMP Terbuka Laensasi ditujukan untuk mewadahi anak-anak 900 WNI yang tinggal di kawasan itu. Dua sekolah tersebut hanya buka pada Sabtu dan Minggu. "Senin sampai Jumat, anak-anak bersekolah di SMP Filipina," katanya.

 

Setelah pita digunting, sejumlah anak WNI di Tupi langsung mengisi meja di kelas itu. Mereka cepat-cepat mengambil buku pelajaran berbahasa Indonesia, lalu membacanya di depan para tamu. Namun, mereka tampak malu-malu sehingga suaranya hanya lirih.

 

"Mereka bisa membaca, tetapi tidak bisa berbahasa Indonesia. Mungkin malu kalau salah," ujar Daini Wirasti, tutor SMP Terbuka Tupi.

 

Perempuan kelahiran Bandung, 9 April 1963, tersebut menyatakan, WNI di Tupi memang boleh menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Filipina. Tetapi, kurikulum atau mata pelajarannya harus mengikuti ketentuan pemerintah Filipina. Wajar bila mereka tidak mengenal sejarah Indonesia, Pancasila, dan UUD 1945.

 

Anak-anak WNI di Tupi, Mindanao Selatan, Filipina, terpaksa belajar di sekolah milik pemerintah setempat. Akibatnya, mereka semakin tidak mengenal

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News